Kamis, 30 Juli 2009

Untung Menolak Hadiah Seperangkat Golf

Oleh Cardiyan HIS



Seorang sobat yang konglomerat papan atas Indonesia menawarkan seperangkat golf gratis kepada saya pada tahun 1989. "Biar liputan you tambah eksklusif mesti main golf dong. Di padang golf banyak pejabat-pejabat tinggi dan konglomerat kumpul. Jadi you bisa main golf sambil korek informasi A-1", ajak sobat saya.


"Wah terima kasih. Tapi maaf saya sulit atur waktu bila harus seharian main golf," kilah saya.


Eh, semingggu kemudian ketika majalah ekonomi milik saya menurunkan “cover story” "Orang Terkaya di ASEAN. Siapa Mereka? Berapa dari Indonesia?", saya yang tengah memburu Eka Tjipta Widjaja, Bob Hasan, William Soerjadjaja, Liem Soei Liong, jadi ingat saran sobat saya itu.


Benar saja. Akhirnya setelah “hotline” dengan Oom Eka yang dihubungkan sekretaris pribadinya Wen Yu dari kantornya di kawasan jalan Thamrin, Jakarta, saya berhasil menemui Eka Tjipta jam 6 pagi keesokan harinya di Pondok Indah Golf.


Dan ketika menemuinya, sekelilingnya sudah ada Ali Wardhana, Adrianus Mooy, Soemarlin, penyanyi Bruri Marantika dan Indra Widjaja (anak Eka, Dirut Bank Internasional Indonesia). Eka dan Indra kemudian beranjak mengajak saya ke ruang ganti pakaian. Dan menyuruh Indra sendiri saja yang main golf. “Indra kamu yang main golf saja. “Bapak mau pulang untuk wawancara dengan pak Cardiyan,” kata Oom Eka sambil mengajak masuk ke mobil Jaguar warna hitamnya. Tahun 1989, yang punya Jaguar masih terbatas jumlahnya dan saya mewancarai Eka Tjipta Widjaja sambil keliling Jakarta.


Wawancara dengan Eka Tjipta berlangsung sukses. Bahkan saya berdampingan dengan Eka difoto melalui kamera saya oleh ajudan Eka yang saya tengarai seorang tentara aktif dari kesatuan komando khusus. Saya mendapatkan Bob Hasan wawancara di lapangan Atletik PASI Gelora Senayan beberapa hari kemudian. Sedangkan William Soerjadjaja saya wawancarai langsung di kantor pusat Astra. Sedangkan Oom Liem masih di Hong Kong ketika “deadline” terlewati.


Dua puluh tahun kemudian saya tetap tak memilih olahraga golf. Bukan karena takut "katuliskeun jurig" (tercatat oleh hantu) di lapangan golf seperti nasib Antasari Azhar atau Nasrudin Zulkarnaen. Atau juga bukan karena anti olahraga orang kaya, orang borjuis seperti terkesan selama ini tentang golf. Tetapi saya mah penggemar olahraga rakyat saja yakni sepakbola. Karena saya mah euy bobotoh Persib......!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar