Oleh Cardiyan HIS
Amerika Serikat Ulang Tahun ke 233 pada 4 Juli 2009 hari ini. Ada masanya Amerika Serikat berbulan madu dengan Indonesia. Misalnya pada akhir tahun 1930-an ketika Indonesia berjuang untuk mewujudkan kemerdekaannya, AS menekan agresitivitas Belanda. Begitu pula pasca Kemerdekaan yakni tahun 1945-1949, AS menjadi "sponsor" bagi pengukuhan kembali kedaulatan Indonesia dari intervensi curang Belanda; antara lain melalui Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan Perundingan Meja Bundar di Den Haag. Pembebasan Irian Barat dari Belanda juga sedikit banyak karena tekanan Presiden AS, JF Kennedy untuk menekan pemerintah kerajaan Belanda untuk tidak menggerakkan mesin perangnya.
Dan masa-masa buram hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat juga cukup banyak. Misalnya campur tangan AS dengan mendukung pemberontakan PRRI dan Permesta meskipun berujung kegagalan. Begitu pula penjajahan dalam bentuk baru AS melalui tangan-tangan multi national corporation (MNC) telah menguras sumberdaya alam Indonesia secara tidak adil dan tidak beradab. AS melalui perpanjangan tangannya di lembaga-lembaga keuangan multilateral seperti World Bank, IMF telah menjadi dokter yang menjerumuskan Indonesia ke jurang kematian.
Bagaimana Indonesia sekarang di Ulang Tahun Kemerdekaan AS ke 233 di bawah Presiden Barrack Obama? Semua tergantung kepada Indonesia sendiri. Kalau prinsip kesetaraan tetap teguh dipegang maka Indonesia tak perlu merasa rendah diri dengan AS. Dan Indonesia sebenarnya sangat bisa melakukannya. Indonesia punya pengalaman soal itu.
Yang masih sangat aktual dan tengah berlangsung adalah Diplomasi Virus Flu Burung (H5N1) oleh Menteri Kesehatan RI, Dr. Siti Fadilah Supari yang berhasil membongkar kejahatan Amerika Serikat dalam mekanisme virus sharing melalui perpanjangan tangannya GISN (Global Influenza Surveillance Network) di WHO. Keberhasilan Indonesia ini hendaknya dijadikan preseden bagus dan dijadikan salah satu model dalam diplomasi tingkat dunia yang harus terus dijaga momentumnya oleh Indonesia.
Melalui terobosan diplomasi Siti Fadilah Supari ini, kini Indonesia dipercaya oleh ratusan anggota WHO termasuk Inggris, Australia, Jerman, Perancis untuk mempreteli kepentingan jahat Amerika Serikat dalam mekanisme virus sharing ini. Sidang tertinggi para menteri-menteri kesehatan sedunia atau World Health Assembly (WHA) di Jenewa, Swiss pada 18-22 Mei 2009 telah menghasilkan resolusi yang menginstruksikan Dirjen WHO memfinalisasi "Benefit Sharing" dan "Standard Material Transfer Agreement" (SMTA). Proses finalisasi itu harus selesai dan selanjutnya dilaporkan pada sidang ke 126 Executive Board WHO pada Januari 2010 yad.
Baru dalam sejarah diplomasi dunia pasca Bung Karno lengser, Indonesia berdiri sejajar lagi dengan Amerika Serikat. Ini membuat anggota-anggota delegasi Indonesia begitu bangga bisa "head to head" di forum dunia WHO melawan kejahatan Amerika Serikat. Ini bukan hanya kemenangan bagi Indonesia tetapi juga kemenangan bagi Peradaban Manusia di Dunia agar terbebas dari konspirasi jahat Amerika Serikat dengan para multinational corporation industri farmasi.
Selamat berhari Merdeka Amerika Serikat dan selamat Bersetara Indonesia di mata Dunia!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar