Sabtu, 20 November 2010

“Lanjutkan Pencitraan. Biarkan Ketidakadilan. Lho Tak Bisa Diintervensi!”

Oleh Cardiyan HIS


Tim perahu Naga Indonesia membuat hatrick merebut 3 emas Asian Games ke 16, Guangzhou, Cina, dengan menundukkan olahraga kebanggaan rakyat Cina langsung di kandangnya! Kehebatan tim perahu Naga Indonesia memadukan antara kekuatan otot, otak dan ketulusan hati putra-putra terbaik Indonesia dari berbagai suku bangsa Indonesia ini sudah sepatutnya menginspirasi SBY bahwa “Indonesia Bisa” (slogan kesenangan SBY sendiri lho!) untuk meniru rekannya Presiden Cina dalam memerangi korupsi, memiskin para koruptor bahkan menghabisi koruptor-koruptor di tiang gantungan dan atau regu tembak mati karena korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang telah memiskinkan rakyat.



“Katakan Tidak pada Korupsi. Lanjutkan!”. Jargon inilah yang telah berperan sangat besar dalam memenangi SBY pada Pilpres 2009-2014. Minimal telah memperdaya penulis sendiri untuk memilihnya sampai yang kedua kalinya.

Jargon memang selalu mudah untuk diteriakkan sekeras-kerasnya. Tetapi sangat sulit dilaksanakan dalam praktek. Bagaimana janji Presiden SBY yang mau memimpin terdepan dalam pemberantasan korupsi, tetapi ketidakadilan hukum dibiarkan berseliweran di depan mata. Mega kasus Bank Century berlalu begitu saja, keadilan tercampakkan. Kasus rekayasa pelemahan KPK melalui “Kasus Bibit-Chandra” sungguh sangat memalukan. Kasus “Rekening Gendut” oknum-oknum Jenderal Polisi dibiarkan dan bunga depositonya dengan leluasa terus dipetik mereka dari kebun bunga bank. Dan manakala kasus terpidana Gayus Tambunan yang sedang mendekam di tahanan Brimob Kelapa Dua, bisa piknik ke Bali dan menginap di hotel bertarif Rp. 10 juta/malam dengan dikawal seregu polisi juga dibiarkan, habis sudah kesabaran kita.

Ketidakadilan hukum di negeri tercinta Indonesia secara sadar dibiarkan oleh SBY dengan dalih; “Presiden RI tak boleh mengintervensi kasus hukum”. Dalih yang sangat naif sekali. Apa guna SBY menyatakan dengan lantang mau memimpin terdepan dalam pemberantasan korupsi kalau cara berpikir SBY tak boleh mengintervensi kasus hukum terus dijadikan pegangannya.

SBY sebagai komandan bagi Kapolri dan Jaksa Agung sangat jelas bisa mengintervensi kinerja kedua anak buahnya, karena SBY adalah Presiden RI atasan langsung Kapolri dan Jaksa Agung. Bila kinerja keduanya memble SBY bisa menjewernya, bahkan kalau perlu langsung memecatnya. Tapi yang terjadi sang komandan yang nota bene jenderal TNI ini diam tak berdaya. Anak SD pun telah tahu dan sangat paham dari buku pelajarannya, bahwa hanya PENGADILAN dan KPK yang tidak bisa diintervensi oleh siapa pun termasuk oleh Presiden SBY. Eh, malah SBY mengomentari vonis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas kasus Misbakhun, mantan anggota DPR yang memalsukan jaminan atas kredit di Bank Century. Nah ini baru namanya intervensi atas pengadilan, jenderal!

Sebagai salah seorang rakyat Indonesia yang sangat meyakini bahwa Indonesia ke depan akan maju kalau pemerintah SBY menguatkan tiga pilar utama pembangunan bangsa yakni Pendidikan, Kewirausahaan dan Penegakan Hukum. Maka dengan merujuk fakta-fakta di atas, saya sangat sedih dalam memandang Tanah Air Indonesia ke depan begitu sangat suramnya. Indonesia dipastikan akan menjadi negara paling korup nomor satu di dunia! Dan akibatnya sangat berkemungkinan menyimpan bom waktu; Indonesia menjadi salah satu negara gagal di dunia!

Nasib Indonesia akan sangat suram karena salah satu pilar tadi yakni Penegakan Hukum akan mandul. Investasi pendidikan yang sesungguhnya mulai ada trend positif yakni naik menuju ke angka ideal 20% dari total APBN berdasarkan amanat UUD 1945, akan menjadi sia-sia kalau koruptor dibiarkan merajalela. Begitu pula para Wirausaha Sejati (Genuine Entrepreneur) yang merupakan pembayar pajak terbaik, akan jungkir balik berakrobat untuk memutar roda ekonomi karena sehari-hari mereka harus mengeluarkan ekonomi biaya sangat tinggi akibat ulah penguasa yang sangat korup, tetapi dibiarkan merajalela tanpa ditindak.

Pengadilan hanya akan menjadi forum dagelan belaka. Koruptor sebagian besar dibebaskan karena sejak awal memang direkayasa oleh jaksa dengan tuntutan hukum yang sangat lemah dan kemudian batal demi hukum untuk divonis bebas oleh hakim yang telah terbeli pula. Dan kalau pun ada yang dihukum, hanya vonis basa-basi saja, vonis hukuman dibuat sangat-sangat ringan. Nasib maling ayam yang digebukin sampai mati bahkan ada yang dibakar oleh rakyat sungguh tragis dibanding nasib koruptor yang dipenjara di ruang yang lapang dan memiliki AC, TV Flat, kasur empuk, kamar mandi pakai shower, bebas menggunakan HP dari ruang nyaman penjara bahkan kalau perlu memimpin rapat bisnis termasuk jualan narkoba, disini pula. Dan presedennya sudah banyak. Seperti sudah terbukti sekarang pun banyak koruptor dihukum sangat ringan dengan masa percobaan bahkan tanpa penahanan. Ini sama saja dengan bohong. Dan kalau pun jaksa melakukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi bahkan sampai ke Mahkamah Agung, ya tetap dagelan juga.

Jadi Indonesia sekarang persis Jepang 160 tahun yang lalu! Ketika upaya-upaya Restorasi Meiji di Jepang mendapat banyak tantangan terutama dari para koruptor dan pendukungnya. Indonesia tentu ingin maju menjelma seperti Jepang yang modern sekarang ini, sebagai buah dari Restorasi Meiji yang diajarkan oleh Guru Bangsa Jepang, Fukuzawa Yukichi, sekaligus sebagai peletak dasar utama Jepang menuju Jepang yang modern sekarang ini melalui perjuangan membangun Pendidikan, Kewirausahaan dan Penegakan Hukum.

Jadi apa lagi pengharapan yang ada? Ya paling tidak, kita harus menunggu dulu untuk sabar sampai sifat peragu SBY berubah menjadi seorang jenderal TNI yang tegas siap berperang melawan korupsi, sesuai dengan janjinya sendiri pada kampanye pemenangan Pemilu 2009-2014 sebagai Pembina Partai Demokrat, partainya SBY: “Katakan Tidak pada Korupsi. Lanjutkan!”. Tapi apakah kita yakin mau menunggunya seperti keputus-asaan seorang SBY sendiri dengan kata-katanya sendiri; menunggu prestasi PSSI sampai Lebaran Kuda?

Kita berharap SBY mengikuti langkah Presiden Cina yang memimpin di depan dalam pemberantasan korupsi, sehingga banyak koruptor yang dihukum gantung atau ditembak sampai mati. Dan lihat saja hasilnya; Cina menjelma menjadi negara raksasa ekonomi nomor 1 di dunia dengan cadangan devisa lebih dari US$ 2.500 miliar!
Kita, rakyat Indonesia tentu menginginkan Indonesia maju, dan sesungguhnya Indonesia berpotensi juga untuk menjadi negara adidaya. Buktinya? Kehebatan tim perahu Naga Indonesia yang membuat hatrick merebut 3 emas Asian Games ke 16, Guangzhou, Cina, dengan menundukkan olahraga kebanggaan rakyat Cina langsung di kandangnya! Kehebatan tim perahu Naga memadukan antara kekuatan otot dan otak dan (keramahan dan kehalusan hati) putra-putra terbaik Indonesia dari berbagai suku bangsa Indonesia ini sudah sepatutnya menginspirasi SBY bahwa “Indonesia Bisa” (slogan kesenangan SBY sendiri lho!) untuk meniru rekannya Presiden Cina dalam memerangi korupsi, memiskin para koruptor bahkan menghabisi koruptor-koruptor di tiang gantungan dan atau regu tembak mati karena korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang telah memiskinkan rakyat.

Rakyat Indonesia akan protes sangat keras. Rakyat Indonesia akan sangat marah luar biasa; bila pemberantasan korupsi oleh SBY bukannya maju malah mundur ke belakang, ke jaman korupsi di era Soeharto bahkan lebih mundur lagi seperti ke jaman Pra Restorasi Meiji di Jepang 150 tahun yang lalu!