Oleh Cardiyan HIS
Manchester United batal dijajal Indonesia All Stars di Stadion Utama Bung Karno, Senayan, Jakarta, gara-gara bom teroris. Biar tak terlalu kecewa berikut ditampilkan pertandingan nostalgia kesebelasan nasional Indonesia melawan Argentina yang dikapteni Diego Armando MARADONA di Piala Dunia Yunior 1979 di Tokyo, Jepang.
PSSI dapat durian runtuh. Arab Saudi sebagai juara Piala Asia Yunior 1978 mengundurkan diri karena alasan tidak siap. Maka otomatis PSSI yang semifinalis Piala Asia Yunior 1978 terkatrol bersama tuan rumah Jepang dan Korea Selatan mewakili Asia ke Piala Dunia Yunior 1979 di Tokyo, Jepang. Ali Sadikin sebagai Ketua Umum PSSI langsung menunjuk Soetjipto Soentoro yang baru saja pulang setelah dikirim PSSI ke Jerman Barat (ketika itu) mengikuti kursus pelatih yang diselenggarakan oleh FIFA dan kemudian terpilih sebagai pelatih terbaik dan berhak memiliki sertifikat kelas A.
Soetjipto "Gareng" Soentoro (almarhum) yang mendapat kepercayaan, langsung memilih pemain. Pemain yang dipanggil Soetjipto adalah pemain pilihan yang masih muda penuh talenta yakni Endang Tirtana, Sudarno, Eddy Harto (Penjaga Gawang), Nasir Salassa, Mustafa Umarella, Nus Lengkoan, Subangkit, Didik Dharmadi, Tonggo Tambunan (kakaknya Patar Tambunan), Ristomoyo, Aun Harhara (adik pemain timnas senior Sutan Harhara), Catur Sudarmanto (Belakang), Arief Hidayat (kapten, adik pemain timnas senior Sofyan Hadi), Berti Tutuarima, Mundari Karya, Herry Kiswanto, Zulkarnaen Lubis, Rully Nere (Gelandang), Bambang Nurdiansyah, Wahyu Tanoto, Bambang Sunarto, Dede Sulaeman (Penyerang).
Timnas ini melakukan rangkaian banyak ujicoba dari mulai Aceh, Medan, Bandung, Surabaya, Makassar sampai ke Jayapura. Bahkan sampai kota-kota kabupaten di Jawa Barat seperti Tasikmalaya dan Ciamis pun dijadikan ajang ujicoba. Sebagian besar ujicoba dimenangi oleh tim asuhan Soetjipto ini. Sayang tak ada ujicoba ke luar negeri atau melawan tim luar negeri yang didatangkan ke Jakarta. Sehingga PSSI tak bisa mengukur kekuatan sebenarnya bila dibanding kemajuan kesebelasan sepakbola negara lain.
Soal banyak ujicoba sampai ke kota-kota kecil: "Agar menggugah anak-anak muda untuk menjadi pemain nasional kelak," ungkap Soetjipto kepada penulis dalam buku biografinya (Cardiyan HIS, "Si Gareng Menggoreng Bola", Penerbit Pustaka Dinamika Mediatama, Jakarta 1988). Gareng adalah julukan Soetjipto Suntoro, Kapten Timnas Indonesia tahun1966-1970 yang sangat hebat performanya. Sehingga ia dipercaya pula sebagai kapten tim Asian All Stars tahun 1967-1970. *)
Indonesia masuk di grup maut bersama Argentina, Yugoslavia dan Polandia. Karena kurang pengalaman dan tak memiliki kompetisi yang teratur dan ketat, Indonesia menjadi bulan-bulanan lawan. Penyerang Bambang Nurdiansyah praktis tak bisa mendekati gawang Argentina. Sementara lapangan tengah Indonesia yang dikoordinasikan oleh Arief Hidayat, kalah kelas dengan Diego Maradona. Maka pertunjukan lebih banyak berada di pertahanan Indonesia. Kalau saja penjaga gawang Endang Tirtana tidak bermain cemerlang dengan melakukan banyak safety gemilang, Argentina yang dikapteni Diego Armando MARADONA dipastikan akan memukul telak Indonesia lebih dari 6-0. Setelah wasit meniup peluit panjang, pemain-pemain Indonesia segera berebut berfoto bersama Maradona yang dengan senang hati melayaninya. Sementara pada pertandingan berikutnya, Yugoslavia dan Polandia mencukur Indonesia masing-masing 5-0.
Akhirnya Argentina keluar sebagai juara setelah di final mengalahkan juara bertahan Uni Soviet (Rusia sekarang) dengan skor 3-1. Uni Soviet sebenarnya memimpin dulu 1-0 sampai menit ke 60. Tetapi Argentina mendapat penalti pada menit ke 61, yang tak disia-siakan oleh Maradona. Setelah gol penalti ini, Maradona dkk mengamuk dan menambah 2 gol lagi.
Tapi ada pengalaman berharga yang berhasil diserap oleh Soetjipto dari pelatih timnas Argentina Yunior dan ArgentinaSenior berkelas dunia; Cesar Louis Menotti. "Menotti banyak memberi tips, baik segi teknik maupun non-teknik tentang bagaimana menciptakan kesebelasan tangguh. Indonesia harus memiliki kompetisi yang tertata baik sejak jenjang yunior sampai senior," ungkap Soetjipto Soentoro yang mendapat kehormatan untuk ketemu empat mata dengan Menotti, dalam kesempatan terpisah.
*) Catatan tentang Soetjipto Soentoro sebagai bintang Asia:
Sebagai pemain dan kapten timnas Indonesia, Soetjipto Soentoro, memimpin Indonesia meraih kejayaan di peta sepakbola Asia. Indonesia menjuarai turnamen-turnamen bergengsi di Asia seperti Agha Khan Gold Cup (Pakistan Timur, sekarang Bangladesh) 3 tahun berturut 1966, 1967 dan 1968; King’s Cup Thailand pertama pada tahun 1968; Merdeka Games (Malaysia) 1969.
Tak mengherankan bila Indonesia mendominasi dari segi jumlah pemain yang masuk tim Asia All Stars ini. Sebab disamping Soetjipto ada Iswadi Idris, Yacob Sihasale dan Abdul Kadir. Dari negara lain adalah Tian Aung dan Suk Bahadur (Birma, Myanmar sekarang), Kunishige Kamamoto (Jepang), Jarnel Sing (India), Kim Yung Nam dan Kim Sam Rha (Korea Selatan), Abdul Gani bin Mirhat dan Chow Che Keong (Malaysia), Niwat (Thailand) dan Spigler (Israel, dulu masuk grup Asia). Spigler ini adalah pemain Asia pertama yang bergabung dengan klub elite Cosmos, New York, dimana Pele, Franz Beckenbauer, Carlos Alberto dan Chinaglia bermain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senang sekali saya membaca tulisan2 anda, khususnya yg mengenai persepakbolaan Indonesia.
BalasHapusIngin sekali saya bisa mendapatkan data yg seakurat mungkin mengenai nama2 pemain timnas sepakbola Indonesia dari masa ke masa berikut formasi dan pertandingan resmi internasional-nya, apakah barangkali bisa dibantu? terima kasih.
Bravo..New.PSSI
BalasHapusterima kasih banyak infonya, saya baru bisa mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia dari tahun 1976.
BalasHapusIndonesia pernah Ikut piala dunia Yunior 1979 di Jepang
BalasHapus