Sabtu, 25 Juli 2009

Malaysia Terlalu Kecil untuk Jadi Lawan Setara Indonesia

Oleh Cardiyan HIS

Tragedi bom di Jakarta dimanfaatkan betul oleh Malaysia untuk promosi habis ke mata Dunia. Dari soal klaim kesuksesan mereka menjadi tuan rumah Manchester United karena “Malaysia is the Truly Asia”. Karikatur “Senyum Kambing” di sebuah media Malaysia meledek Indonesia: Malaysia Tewas dengan MU 2-3. Tak apa kalau kalah bermaruah. Tak seperti di Indon tewas 9 orang including 4 foreigner.

Malaysia itu terlalu gede rasa. Baru saja menjadi OKB (Orang Kaya Baru) sudah merasa melampaui Indonesia segalanya. Boleh kalah sama negeri lain termasuk tetangganya Singapura, tetapi Malaysia tak boleh kalah sama Indonesia untuk segalanya.

Namun pada sisi lain, mereka boleh jadi sebenarnya merasa rendah diri juga sama Indonesia. Maklum semenanjung Malaysia Barat dan Malaysia Timur jaman dulu adalah termasuk dalam kekuasaan kerajaan Majapahit. Kekuasaan Majapahit sangat luas sampai meliputi Kawasan Hujung Medini yakni: Pahang, Langkasuka, Saimwang, Kelantan, Trengganu, Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik (Singapura sekarang), Kelang, Kedah, Jerai, Kanjapiniran dan juga Malano yang meliputi Serawak (Malaysia Timur sekarang), Mindanao dan Tawao (Slamet Mulyana, “Pupuh XIII, XIV, dan XV dari kitab Nagarakretagama, Majapahit”, Jakarta 1979: 279-280). Di samping itu, Nagarakretagama menginformasikan negara-negara yang bukan “jajahan” Majapahit tetapi sahabat Majapahit yakni negeri-negeri Siam, Ayudyapura, Darma Nagari, Marutma, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana (Pupuh XV, bait 1).

Susahnya, generasi baru Malaysia itu tahunya Indonesia adalah yang ada urusannya dengan masalah ecek-ecek. Yakni tak jauh dari urusan pembantu rumah tangga; tukang masak, tukang nyuapin makan dan mandiin anak-anak Melayu; tukang pembersih lantai dan toilet di gedung perkantoran; tukang kebun kelapa sawit; pekerja kasar industri konstruksi dan sebagainya. Bahkan penyeluk (copet), penjual dadah (narkoba), rampok dan pelaku kejahatan lainnya dituduhkan semuanya sebagai kerjaan orang Indon (begitu mereka menyebut Indonesia). Pokoknya dalam mindset mereka, Indonesia ini negara kelas dua.

Generasi baru Malaysia itu tidak tahu atau sengaja pura-pura tidak tahu, bahwa sejak tahun 1968, orang tua mereka yang sekarang menduduki jabatan menteri, pejabat tinggi kerajaan, pengusaha, para akademisi universiti-universiti di Malaysia banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Bahkan mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas-universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Indonesia adalah negara dengan penduduk 240 juta orang adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Indonesia adalah negara yang memiliki kebebasan pers yang sama dengan di Amerika Serikat, kecuali tak boleh menerbitkan dan memperdagangkan majalah pornografi dan tidak boleh memproduksi, memperdagangkan dan menyiarkan film pornografi. Indonesia ini 1 dari 4 negara di Asia yang bersama Cina, India dan Korea Selatan masuk G-20 Dunia.

Indonesia adalah anomali bagi negara-negara maju produsen barang mewah, pesawat jet dan helikopter pribadi, high-end car, barang-barang elektronik super mewah, hig-end consumer goods, apartemen super mewah, jasa kesehatan kelas VVIP, event dan jasa olahraga golf dan lain-lain. Mengapa? Karena Indonesia adalah konsumen terbesar mereka. Karena penduduknya banyak, para orang kaya Indonesia tarohlah jumlahnya 10%-nya saja ini berarti hampir 25 juta orang. Itu sama saja dengan seluruh jumlah penduduk Malaysia itu sendiri, baik yang kayanya maupun yang miskinnya. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu sama juga dengan seluruh penduduk benua Australia. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu juga sama dengan lima kali penduduk seluruh Singapura. Mayoritas yang menaruh uang di bank-bank Singapura adalah orang Indonesia. Yang beli apartemen di kawasan elite Kuala Lumpur, Singapura, Melbourne, Sydney dan Perth itu orang kaya Indonesia. Yang berobat ke hospital di Penang, Kuala Lumpur dan Singapura itu orang kaya Indonesia. Indonesia ini tak ada matinye!!!

Masalahnya karena size Indonesia adalah besar. Maka problema yang dihadapi Indonesia adalah sangat kompleks. Sangat berbeda jauh dengan problema yang dihadapi Malaysia, yang penduduknya saja cuma 23 juta orang, yakni sama saja dengan jumlah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Yang dihadapi Indonesia adalah harus memerangi KKN (Korupsi-Kolusi-Nepotisme) yang luar biasa rusak dan zalimnya diwariskan oleh rejim Soeharto, termasuk larinya uang BLBI senilai lebih dari Rp. 700 triliun entah kemana. Indonesia harus melawan kemiskinan dan kesehatan yang jelek karena utang yang dibuat oleh rejim Soeharto melebihi US$ 100 milyar. Indonesia harus melawan kebodohan karena mewariskan dana pendidikan yang sangat kecil oleh rejim Soeharto. Indonesia itu harus berjuang berat melawan Multinational Corporation (MNC) yang telah mengeksploitasi sumberdaya alam Indonesia secara biadab. Sehingga lingkungan rusak berat, karena mereka seolah merasa telah memiliki legalitas kuat dari “Contract of Works” yang dibuat oleh rejim Soeharto.

Oleh karena itu, awal dari segala awal kita bekerja membangun Indonesa yang besar dalam kenyataannya kelak adalah kita harus membangun 3 (tiga) pilar utama yakni HUKUM, PENDIDIKAN dan KEBUDAYAAN, KEWIRAUSAHAAN. Kita harus dukung sepenuhnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Karena institusi hukum lainnya Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman kinerjanya sangat jauh dari memuasakan. KPK sebuah komisi independen yang masih dipercaya Rakyat Indonesia untuk memberantas KKN, sekaligus memberikan efek terhadap pencegahan KKN. Sehingga diharapkan Hukum benar-benar dapat ditegakkan, dijalankan dengan adil dan efektif. Ini akan berefek terhadap semakin perlunya Birokrasi Pemerintahan direformasi total. Dana Pendidikan dan Kebudayaan yang mulai meningkat harus diawasi agar penggunaannya tepat sasaran dan efektif. Dana Kesehatan melalui Jamkesmas dan Jaminan Sosial harus ditingkatkan agar rakyat tak mampu, akan mendapatkan haknya berobat gratis berdasarkan konstitusi. Sehingga secara jangka panjang sumberdaya manusia Indonesia menjadi sehat dan pintar. Infra-struktur harus dibangun agar proses produksi dan arus barang lancar, sehingga ekonomi menggeliat. Belanja barang Pemerintah harus semakin diarahkan untuk sebanyak mungkin dibelanjakan untuk produk-produk hasil produksi dalam negeri karena sumberdaya manusia Indonesia juga sudah menguasai teknologi sendiri. Dan ini akan menggerakkan ekonomi para Wirausaha Sejati Indonesia sendiri, yang membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya, yang membuat rakyat Indonesia bermartabat karena memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi sanak keluarganya. Dan Wirausaha Sejati ini akan menggelinding populasinya untuk menjadi agen perubahan. Dunia perbankan harus dibangun berdasarkan kemampuan menjaga kepercayaan nasabah dan memberikan dukungan konstruktif dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah bagi para wirausaha nasional. Dengan demikian Indonesia secara bertahap akan mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber keuangan negara asing atau sumber-sumber keuangan rente tinggi.

Termasuk tentunya belanja alutsista bagi TNI dan Polri harus sebagian besar hasil produk buatan Indonesia sendiri, yang dibuat di pusat industri-industri strategis. Sehingga secara bertahap Indonesia memiliki alutsista yang memadai yang memiliki efek deteren atau kemampuan menggetarkan musuh-musuh kita. Yang mampu mengawasi perairan Indonesia yang terluas di dunia yang sangat kaya sumberdaya hayati yang terbarukan dan sangat kaya pula sumberdaya alam tak terbarukan seperti minyak, gas dan mineral lainnya. Dengan Indonesia memiliki kekuatan alutsista yang kuat, negara asing akan mengurungkan niatnya untuk melakukan kejahatan di seluruh wilayah darat dan perairan Indonesia.

Siap Perang Melawan Malaysia

Dari segi sumberdaya manusia, Malaysia itu jelas kalah jumlah orang pintarnya sama orang Indonesia. Indonesia itu kaya akan talenta anak mudanya yang memenangi begitu banyak kejohanan level dunia di bidang sains, teknologi dan seni budaya. Sedangkan Malaysia mana? Malaysia hanya penggembira saja. Apalagi para cendekiawan Malaysia sangat kasihan tertekan batin dan pikirannya karena tak memiliki kebebasan berekspresi, mereka takut ditangkap dan dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan oleh Pemerintah Kerajaan Malaysia berdasarkan ISA (Internal Security Act).

Semua universiti Malaysia yang dinilai oleh the TIMES Higher Education QS (Inggris) maupun Webometrics (Spanyol) dan lembaga pemeringkat internasional lainnya pada tahun 2009 ini, “apple to apple: kalah sama ITB, UI, UGM. Padahal dana pendidikan mereka 10 kali jauh lebih besar dari Indonesia. Sejak tahun 1968, mereka yang sekarang menduduki jabatan menteri dan pejabat tinggi kerajaan Malaysia adalah banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas-universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa saja.

Untuk Alutsista, Malaysia merupakan konsumen CN 235 buatan PT. DI, Bandung dengan memiliki 8 pesawat. Yakni CN235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) atau versi Militer sebanyak 4 buah, CN235 versi Navigation Trainer 2 buah dan CN235 versi VIP 2 buah. Jumlah seluruh CN 235 Malaysia adalah sama dengan jumlah pesawat CN 235 yang dimiliki oleh TNI AU.

Namun Malaysia masih berkeinginan untuk membeli 6 buah lagi CN 235 MPA, kata Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi ketika berkunjung ke PT. DI Bandung akhir Juni 2009 lalu. (Seputar Indonesia, 12 Juli 2009, halaman 11). Menteri Pertahanan Malaysia ini juga berminat membeli kendaraan Panser 6x6 yang bermutu tinggi buatan PT. Pindad, Bandung.

Sekarang Malaysia kaya, ya boleh-boleh saja belanja sebanyak-banyaknya alutsista mereka dari Amerika Serikat, Rusia dan lain-lain termasuk dari Indonesia. Tetapi Malaysia semuanya mengimpor, tak mampu membuat alutsista sendiri. Jadi nantinya Malaysia akan memiliki ketergantungan secara teknologi. Sedangkan Indonesia sudah memiliki infrastruktur industri pesawat terbang dan industri-industri strategis lainnya, sehingga bila dana sudah tersedia tinggal mengembangkan skala industrinya saja. Karena sudah cukup memiliki kemampuan yang berjenjang cara pencapaian sebelumnya yakni mulai bekerja berdasarkan pembelian lisensi, melakukan improvement terus menerus dan inovasi, maka tidak akan terlalu sulit bagi Indonesa untuk membuat berskuadron-skuadron pesawat teknologi madya maupun pesawat berteknologi tinggi sekelas jet, minimal sekelas N250 dibuat di PT. DI.

Malaysia ngebet ingin membeli 6 buah lagi CN 235 MPA, karena pesawat buatan PT.DI ini adalah terbaik di kelasnya di dunia. Inovasi 40 insinyur PT. DI adalah mampu menambah persenjataan lengkap seperti rudal dan teknologi radar yang dapat mendeteksi dan melumpuhkan kapal selam. Jadi kalau TNI mengawal Ambalat cukup ditambah satu saja CN235 MPA versi militer ini (disamping armada TNI AL dan pasukan Marinir yang ada) untuk mengusir kapal selam dan kapal perang Malaysia lainnya.

Tak mengherankan bila Korea Selatan merupakan pembeli dan pemakai CN 235 MPA atau versi militer. Korea Selatan membayarnya sebagian dengan barter kapal-kapal patroli cepat dan sebagian besar dengan cash. Korea Selatan memiliki CN 235 MPA 6 buah dan CN 235 versi VIP 2 buah. Bahkan sekarang PT. DI sedang menyelesaikan 8 buah pesawat CN 235 MPA pesanan dari Korean Coast Guard! Turki memakai pesawat CN 235 untuk pesawat VVIP Pemerintah Turki dan CN 235 MPA untuk keperluan patroli pantai. Uni Arab Emirat memiliki CN 235 versi Militer 6 buah dilengkapi dengan Night Vision Google. Pakistan memiliki CN235 MPA sebanyak 6 buah. Thailand memakai CN 235 versi Rain Making untuk keperluan pertanian. Burkina Faso dan Brunei Darrusalam masing-masing memiliki satu buah CN235 MPA. Bahkan negara adidaya Amerika Serikat memilih CN235 sebagai pesawat pilihan bagi US Coast Guard untuk menjaga perairan AS, dimana pembeliannya dari EADS disertai kerjasama produksi di AS.

Pembeli dari Indonesia sendiri, disamping TNI yang memang telah lama membeli dan memakainya adalah kalangan swasta nasional. Konglomerat pemilik Artha Graha Group, Tommy Winata baru saja membeli masing-masing satu unit NC 212 dan NAS 332. Sekarang PT. DI sedang mengerjakan pesanan TNI-AU sebanyak 3 buah helikopter Super Puma. Dalam waktu dekat ini BP Migas juga sudah berniat membeli Produk PT DI ini.

Roket RX-420, Kapal Selam dan Fregat

Roket RX-420 yang telah diluncurkan LAPAN, Indonesia awal Juli 2009 lalu menggetarkan Australia, Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia (Tribun Batam, 2 Juli 2009 atau bisa dilihat juga di http://www.tribunbatam.co.id). Harian “The Straits Time” (Singapore) dan “The Sydney Morning Herald” (Australia), dan media Brunei Darussalam memuat cukup panjang lebar tentang berita peluncuran roket RX-420 Lapan, Indonesia ini.

Seperti diketahui roket RX-420 ini menggunakan propelan yang dapat memberikan daya dorong lebih besar sehingga mencapai 4 kali kecepatan suara. Hal itu membuat daya jelajahnya mencapai 100 km. Bahkan bisa mencapai 190 km bila struktur roket bisa dibuat lebih ringan. Yang punya nilai tambah tinggi ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, para insinyur Indonesia. Begitu pula semua komponen roket-roket balistik dan kendali dikembangkan sendiri di dalam negeri, termasuk software. Hanya komponen subsistem mikroprosesor yang masih diimpor.

Mengapa malah menjadi buah bibir di Australia, Singapura, Brunei Darussalan dan Malaysia? Karena keberhasilan peluncuran roket Indonesia ini ke depan akan membawa Indonesia mampu mendorong dan mengantarkan satelit Indonesia bernama Nano Satellite sejauh 3.600 km ke angkasa. Satelit Indonesia ini nanti akan berada pada ketinggian 300 km dan kecepatan 7,8 km per detik. Bila ini terlaksana Indonesia akan menjadi negara yang bisa menerbangkan satelit sendiri dengan produk buatan sendiri. Indonesia dengan demikian akan masuk exclusive member "Asia Satellite Club" bersama Cina, Korea Utara, Jepang, India dan Iran.

Kekhawatiran Australia, Singapura dan Malaysia ini masuk akal, bukan? Kalau saja Indonesia mampu mendorong satelit sampai 3.600 km untuk keperluan damai atau keperluan macam-macam tergantung kesepakatan rakyat Indonesia saja. Maka otomatis pekerjaan ecek-ecek bagi Indonesia untuk mampu meluncurkan roket sejauh 190 km sampai 350 km untuk keperluan militer, bakal sangat mengancam mereka sekarang ini pun juga!!! Kalau tempat peluncurannya ditempatkan di Batam atau Bintan, maka Singapura dan Malaysia Barat sudah gemetaran bakal kena roket Indonesia. Dan kalau ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan Indonesia dengan Malaysia Timur, maka si OKB Malaysia tak akan pernah berpikir ngerampok Ambalat. Akan hal Australia, mereka ada rasa takutnya juga. Bahwa mitos ada musuh dari Utara yakni Indonesia itu, memang bukan sekedar mitos tetapi sungguh ancaman nyata di masa depan dekat.

Asalkan pemerintah mendukung sepenuhnya masalah pendanaannya. Para insinyur-insinyur PT. PAL, Surabaya telah memiliki kemampuan untuk membuat kapal jenis Fregat bertonase besar bahkan juga Kapal Selam.

Nah, jangan terlalu mengecilkan Indonesia kalau sudah berkaitan dengan negara asing. Walau bagaimanapun Indonesia adalah negara yang kita cintai, yang harus kita bangun bersama. Indonesia itu memiliki tradisi besar sebagai Bangsa Pejuang. Kita sebagai Rakyat dianjurkan bahkan diwajibkan untuk berkontribusi bagi kemajuan Indonesia berdasarkan perannya masing-masing. Kita boleh mengkritik habis Indonesia tetapi secara konstruktif dan bertanggung-jawab, sehingga bermanfaat bagi kemajuan Indonesia. Tetapi sekali kalau sudah ada kepentingan asing bermain disini, kita semua total harus memiliki keberpihakan yakni membela bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar