Oleh Cardiyan HIS
Rekan W bin N wartawan dari "Utusan Malaysia", Kuala Lumpur, karena penugasan kantornya sebagai perwakilan di Indonesia ketika pertama kali datang ke Jakarta tahun 1987, bingung sekali dengan berbagai akronim.Terutama kalau sudah ada konferensi pers setingkat Menteri anggota Kabinet Pembangunan di jaman Orde Baru yang selalu dilakukan di Departemen Penerangan RI dengan didampingi Menteri Penerangan, Harmoko. Dari kalangan media nasional harus hadir para Pemimpin Redaksi dan kalau media asing harus kepala perwakilannya atau minimal senior journalist. Mengapa harus setingkat Pemimpin Redaksi? Karena banyak sekali keterangan Menteri yang harus diperlakukan sebagai off the record.
"Saya juga minta bantuan para wartawan bila mengendus ada barang-barang luar negeri masih bisa lolos dari Panitia Tender Instansi Pemerintah. Karena saya bukan Superman," Menteri Muda UP3DN Ginandjar Kartasasmita menghimbau.
Ketika konferensi pers selesai, wartawan-wartawan Indonesia mulai mengerubungi W bin N. Dan salah seorang nyeletuk tanya sama W bin N:
"Encik sudah tahukah maksud Superman?"
"Sudahlah. Manusia Super. Saya sudah nonton wayangnya di Kuala Lumpur", jawabnya (bahasa Malaysia wayang adalah film. Jadi maksudnya nonton film Superman).
"Eh salah itu, Encik", kata wartawan Indonesia.
"Benarkah?", W bin NS mulai gelagapan.
"Itu artinya Encik SUka PERempuan MANado".
TIGA bulan kemudian dia tetap bingung juga dengan akronim di Indonesia ini. Karena minggu lalu dia mendapat pengalaman jelek dengan seorang gadis muda cantik di sebuah resepsi. Dia dicemberutin habis oleh gadis muda cantik itu padahal dia sudah merasa memujinya.
"Ah, malam ini saudari manis sekali", puji saya.
Wartawan-wartawan Indonesia spontan ngakak. Wartawan Malaysia tambah bingung.
"Pantas saja Encik dimarahin karena bilang gadis itu manis".
"Memang kenapa?"
"Encik, manis itu MANtan IStri. Ya jelas dia marah, masih gadis muda cantik dibilang janda ....!!!"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar