Minggu, 26 Juli 2009

Belajar Jadi Presiden kepada Orang Baduy


Oleh Cardiyan HIS

SBY telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum sebagai Presiden periode 2009-2014. Dan tahun 2014 rasanya terlalu sebentar bagi calon-calon presiden berikutnya untuk mempersiapkan diri. Sebaiknya kita belajar kepada Orang Baduy untuk Pilpres tahun 2014.

Salah seorang alumnus Kimia ITB yang mantan aktivis kampus, yang sangat idealis yang pernah mencicipi LP Nusakambangan karena melakukan perlawanan sengit kepada rezim Soeharto: M. Fadjroel Rachman, menulis artikel di HU “Kompas” 16 Mei 2009 berjudul: Republik Tanpa Alternatif. Salah satu keprihatinan dia adalah usia ketiga calon pasangan calon presiden dan wakil presiden RI 2009-2014 telah berusia sepuh.

Kita bisa memahami keprihatinan M. Fadjroel Rachman, yang gagal menjadi Capres Independen karena digugurkan oleh vonis Mahkamah Konsitusi (MK). Padahal bila MK meluluskan uji materinya, persaingan pemilihan Capres-Wapres RI akan menjadi lebih semarak dan dinamis. Karena setidaknya ada regenerasi dari segi usia para calon presiden-wakil presiden RI. Siapa tahu yang muda akan memiliki pemikiran yang lebih jernih, lebih cerdas, lebih energik, lebih visioner dan lebih berani mengambil keputusan terobosan. Karena dia merasa tak terbebani oleh dosa sejarah RI yang penuh intrik dan bahkan tetesan darah rakyat yang tidak berdosa. Siapa tahu bisa terjadi kejutan pula; calon Independen bisa memenangkan kontes seperti yang terjadi di negara raksasa Amerika Serikat dan Rusia yang dipimpin oleh presiden-presiden usia muda yakni di bawah 50 tahun.

Karena nasi sudah jadi bubur tak baik untuk terus ditangisi. Dan sambil menunggu keputusan MK yang “janjinya” baru akan mengesahkan calon independen pada Pemilu Presiden RI pada periode 2014-2019, kepada M. Fadjroel Rachman dan calon presiden RI lainnya lebih baik melihat jauh ke depan dan mempersiapkan diri jauh hari sejak dari sekarang. Dan untuk membesarkan hati anda, berikut saya kutip kearifan orang Baduy dalam memilih “Presiden”,

Jabatan puun sebagai pemimpin tertinggi di bidang keagamaan dan adat merupakan jabatan seumur hidup. Namun di kalangan orang Baduy yang tinggal di desa Kanekes, Lebak, Banten Selatan, selalu ada orang yang dikenal sebagai puun kolot atau puun manten. Artinya puun yang sudah tidak lagi menjalankan kewajiban resmi sebagai pemimpin adat dan keagamaan itu.

Jika ditanyakan kepada mereka, inilah jawaban yang akan diperoleh:

“Kami sudah tidak dapat mengikuti kemajuan jaman lagi. Dengan demikian, kami pun merasa sudah tidak layak lagi tetap menjalankan tugas kepuunan itu. Lebih baik hal ini kami serahkan kepada orang lain yang karena masih muda tentu akan mampu mengikuti perkembangan jaman ini”. (Ayat Rohaedi, “Talatah Sang Sadu Jati: Berpikir Positif pada Masyarakat Sunda” dalam “Bunga Rampai Budaya Berpikir Positif Suku-suku Bangsa”, Editor: Mukhlis PaEni dan Pudentia MPSS, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI bekerjasama dengan Asosiasi Tradisi Lisan, Jakarta 2006).

Ayo kita songsong Pemilu 2014-2019, Insya Allah ada calon Presiden-Wakil Presiden RI yang muda-muda khususnya yang berbasis kampus. Kampus mana pun. Asal berjuang demi: TUHAN Y.M.E., BANGSA DAN ALMAMATER.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar