Kamis, 01 April 2010

Insinyur dkk Cari Duit, Sri Mulyani “Buang Duit”

Oleh Cardiyan HIS


Kepala BP Migas Ir. R. Priyono pusing tujuh keliling. Mau libur panjang kok pusing mas Pri? Ya, Ir. Priyono, MSc (alumnus ITB angkatan masuk 1976) pusing karena terus-terusan ditilpun Menteri Keuangan Sri Mulyani soal lifting. Sri Mulyani, SE, PhD tentu lebih pusing lagi karena utang RI sudah melampaui Rp. 1.200 triliun dan banyak yang mau jatuh tempo lagi. Sri Mulyani, SE, PhD, tambah pusing karena “buang duit” Rp. 4,126 triliun /tahun untuk “Reformasi Birokrasi” yang dibangga-banggakannya ternyata begitu mudahnya jeblog dibobolin oleh ulah anak buahnya sendiri.

Berita berupa running text di sebuah statsiun TV kemarin ini seperti luput dari perhatian para insinyur dan sarjana lainnya yang tengah jungkir balik bekerja karena kalah dengan berita artis panas Jupe (Julia Perez) yang akan menjadi calon Bupati Pacitan, tempat kelahiran dan SBY dibesarkan. Padahal ini sangat mendasar bagi Pemerintah RI dan pertanggungjawabannya kepada rakyat Indonesia. Dan kalau mau dikorek-korek lebih jauh lagi secara emosional dan sentimen profesi bisa saja; memang terbukti ini merupakan perseturuan abadi antara insinyur yang cari duit jungkir balik di laut dan di hutan dan sarjana ekonomi keuangan yang buang duit seenak udel di kursi empuk.

Ir. R. Priyono, MSc, sebagai Kepala BP Migas memang bertanggungjawab; bagaimana harus terus menerus mengoptimalkan para insinyur dkk yang bekerja siang malam di lapangan minyak gas di offshore berbagai laut Indonesia maupun di hutan-hutan agar proses produksi migas berjalan aman agar lifting bisa meningkat. Tak hanya Ir. R. Priyono, para insinyur di tambang batubara dan mineral lainnya di hutan-hutan siang malam terus bekerja keras agar sumberdaya alam berhasil diangkat menjadi pemasukan negara melalui pajak dan royalti. Begitu pula insinyur pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan dkk bekerja keras di hutan produksi dan perkebunan dan laut agar mampu mencetak produksi maksimal supaya pajak yang masuk ke negara juga tinggi. Belum terhitung insinyur dan insunyur periset di dunia industri manufaktur.
Pajak dijadikan andalan untuk menjadi pemasukan negara, agar RI tidak bangkrut. Tetapi Menteri Keuangan RI Sri Mulyani tidak mengelolanya dengan baik. Dengan dalih untuk Reformasi Birokrasi dia dengan seenaknya menaikkan remunerasi pegawai di lingkungan kementriannya sembilan kali lebih banyak dari kementrian lain di Kabinet SBY. Ini bukan saja tidak efektif menghasilkan kinerja anak buahnya yang tetap saja korupsi gila-gilaan seperti terbukti kasus pegawai rendahan pajak Gayus Tambunan saja sudah luar biasa apalagi pejabat di atasnya. Tetapi tindakan Sri Mulyani ini juga bisa menimbulkan kecemburuan pada profesi yang lain yang nota bene berperan besar dalam menghasilkan duit dan mencegah duit tidak dirampok. Misalnya para insinyur dkk jelas berada di garis depan dalam menghasilkan duit. Tetapi tidak hanya insinyur tetapi juga ada para prajurit TNI dan Polri di daerah terpencil masih setia menjaga NKRI dan menangkap para penyelundup, yang kalau saja lolos bukan hanya bisa merugikan ekonomi negara tetapi juga kedaulatan NKRI dikangkangi. Belum aktivitas para aktivis LSM yang terus mengawasi perusahaan-perusahaan pengeruk SDA agar bekerja sesuai aturan.

Sebagai Menteri Keuangan RI Sri Mulyani juga terlalu getol mencari utang dengan bunga sangat tinggi. Contohnya untuk menerbitkan Obligasi RI dengan bunga tinggi 13% per tahun padahal perusahaan tambang batubara PT. Adaro Energy Tbk dengan mudah menerbitkan obligasi US$ 800 juta selama 10 tahun dengan suku bunga tetap 7,625%/tahun (HU “Kompas” 17 Oktober 2009). Tentu saja Sri Mulyani dipuji-puji jaringan neolib sebagai salah seorang “Menteri Keuangan Terbaik di Dunia” karena memberi ekstra bunga luar biasa. Dan jumlah utangan yang diraihnya pun selalu lebih besar dari realisasinya sehingga RI kena penalti tinggi rentenir asing. Belum amburadulnya realisasi belanja APBN yang selalu ditumpuk di akhir tahun. Ini jelas membuat semua pihak yang terlibat dan bekerja atas sumber APBN jungkir balik sebab sebenarnya mereka bekerja sejak awal tahun APBN; yang sudah menjadi rahasia umum sangat rawan terhadap terjadinya rekayasa pertanggungjawaban belanja negara. Belum cara dia begitu royalnya membelanjai kemewahan untuk kalangan pejabat tinggi negara.

Kita percaya 1.000.000.000.000% bahwa Sri Mulyani sebagai pribadi tidak pernah memperkaya diri. Tetapi dia harus bertanggungjawab bukan soal dia tidak korupsi. Tetapi dia harus bertanggungjawab atas amanah dia menjabat sebagai Menteri Keuangan RI kepada rakyat Indonesia termasuk kepada rakyat insinyur, para prajurit dan profesi lainnya dalam mengelola keuangan negara termasuk dalam “membuang duit”.

6 komentar:

  1. pemikiran absurd..
    coba survey ke internal dan eksternal (pengguna jasa) kementerian keuangan.. bandingkan dengan sebelum dipimpin Sri Mulyani.

    BalasHapus
  2. saya bernaung dibawah institusi yg dipimpin SMI, reformasi birokrasi yang diusungnya memberi semangat bagi kami (saya terutama)bahwa masih ada harapan bagi negeri ini untuk menjadi lebih baik. kalaupun kami sekarang ini terpuruk karena memang tidak mudah membersihkan setelah berpuluh tahun berkubang dalam lumpur, namun beliau tetap membesarkan hati kami layaknya seorang ibu kepada anak. selama 15 tahun saya mengabdi di institusi ini saya harus mengakui dialah yang terbaik yang pernah saya temui. saya sangat paham atas kemarahan masyarakat terhadap perilaku pendahulu2 saya, layaknya kemarau tahunan yang tak mungkin dihapus hujan sehari. kembali saya harus back to earth bahwa di negeri ini harga sebuah apresiasi cukup mahal. kenyataannya orang sekelas Anda pun tidak menggali informasi lebih dalam sebelum menyatakan suatu pendapat, apalagi masyarakat awam lainnya. walaupun almamater saya sempat dicap kampus para koruptor namun saya tetap yakin bahwa ITB bukanlah kampus para plagiator.

    BalasHapus
  3. Setuju..Ibarat falsafah Jawa : "Ojo angger muni" tapi telaahlah lebih lanjut & bijak..inilah proses transisi, seperti halnya Amerika yg butuh ratusan tahun sehingga bisa maju seperti sekarang..Slm Indonesia tercinta.

    BalasHapus
  4. Setuju..Ibarat falsafah Jawa : "Ojo angger muni" tapi telaahlah lebih lanjut & bijak..inilah proses transisi, seperti halnya Amerika yg butuh ratusan tahun sehingga bisa maju seperti sekarang..Slm Indonesia tercinta. (Cak Rusdie - Arek Suroboyo Kota Pahlawan)

    BalasHapus
  5. dengan hormat sebagai orang yang hanya sempat beberapa kali dan beberapa puluh bulan jadi bulan-bulanan institusi sebesar ITB yang hanya dapat mengakui pendidikan setara S2 s/d S3 sebagai pendidikan reguler untuk orang dari luas sebab pendidikan setingkat S1 misalnya D4 dll hanya diakui sebagai proyek sehingga hanya diwisuda oleh dekan bkn oleh rektor karena dianggap tak punya anggota senat dan selesai itu cukup dibubarkan walaupun sebenarnya saya sangat bangga karena para pendidik saya dan koordinator pendidikan kala itu 1997 org bijak sehingga hasil yang paling penting saya sempat merasakan berbagai kunjungan seminar menuju IPTN sebagai pusat penerapan pelajaran sist Kendali, bertitik tolak dari suasana tersebut sangatlah mungkin pemikiran dasar pendidikan tidak sok formil namun harus benar-benar membumi karena peng_kastaan pendidikan sangat menyakitkan, sampai timbul plagiat, kami para anak tiri pendidikan vokasi (proyek D4)tidak pernah menjadi plagiat tapi giat melaksanakan tugas dengan segala coreng moreng pertanyaan kesetaraan (S1, dan saya rasakan sekarang banyak pendidikan dengan atribut SST tapi tidak seperti anak tiri ITB yang nyatanya sangat berbeda dalam kepemahaman keilmuan maupun perilaku, walaupun sesak di dada Tetap viva G-10

    BalasHapus