Senin, 28 Maret 2011

Nurdin Halid Terbanting. Mungkinkah Kembali Bangkit? Serahkan kepada Hammam dan ... Ical !!!

Oleh Cardiyan HIS


Bukan Nurdin Halid kalau mau menyerah begitu saja. Meskipun kekuasaannya dipreteli habis oleh Pemerintah, dan menjadi musuh bersama suporter sepakbola, tokh dia segera membuat Kongres PSSI tandingan. Dia masih berharap dukungan Mohammed Hammam, Ketua AFC dan Anggota Komite Eksekutif FIFA yang powerful. Plus tentu saja kepada Ical dan jajaran Partai Golkar.




Kemampuan berakting Nurdin Halid hebring. Bak permainan sepakbola super defensif Inter Milan manakala menggusur Barcelona di semifinal liga Champions Eropa tahun lalu, taktik pelatih special one, Jose Mourinho dari Inter Milan ini mulai diterapkan Nurdin dalam menghadapi Menpora Andi Mallarangeng. “Andi Mallarangeng tidak berlaku cakap sebagai Menpora. Saya sebagai rakyat Indonesia memohon agar Presiden SBY segera mencopotnya,” kilah Nurdin. Menurut Nurdin, PSSI tak perlu pengakuan Pemerintah. PSSI hanya tunduk mutlak kepada keputusan FIFA. Titik.





Dan karena masih merasa bahwa PSSI kepengurusannya sah di mata FIFA sebelum ada surat resmi FIFA soal status PSSI, Nurdin Halid mengklaim berkompeten untuk mengadakan Kongres PSSI. Direncanakan 4 bulan sejak Kongres PSSI di Pekanbaru yang dibatalkannya pada tanggal 26 Maret 2011, Nurdin mempersiapkan kongres pemilihan anggota Komite Pemilihan dan Komite Banding. Dua bulan kemudian PSSI versi Nurdin Halid mengadakan kongres pemilihan anggota Komite Eksekutif. Komite Eksekutif inilah yang diharapkan Nurdin, memilihnya kembali sebagai Ketua Umum PSSI mendatang.


Mungkinkah Nurdin bangkit? Segala kemungkinan bisa saja masih terjadi. Dan kita justru akan memperoleh proses pembelajaran berharga dari fenomena seorang Nurdin Halid; bagaimana seorang anak manusia bisa survive apapun orang mengatakannya sebagai sampah. Dan dari sinilah kita dapat pembelajaran bagaimana memecahkan masalah bangsa dalam skala yang lebih besar. Coba ikuti alur pemikiran Nurdin Halid.




Pertama; Saya masih berstatus resmi Ketua Umum PSSI karena FIFA -----sebagai otoritas sepakbola tertinggi di dunia adalah mutlak berkuasa atas organisasi sepakbola di negara manapun dan tak peduli dengan kekuasaan Pemerintah manapun------ belum mencopot saya.


Kedua: Saya masih dipandang Ketua Umum PSSI oleh Mohammed Hammam, Ketua AFC sekaligus Anggota Komite Eksekutif FIFA yang powerful. Nurdin Halid langsung pergi ke KL, Malaysia markas AFC menemui Hammam manakala terusir dari Pekanbaru, Riau. Hammam akan dapat menganulir keputusan rapat FIFA bila akan merugikan kepentingan saya. Hammam sangat berutang budi kepada saya karena saya mendukungnya manakala memenangi pemilihan Ketua AFC. Dan sekarang Hammam akan maju menjadi calon Presiden FIFA menghadapi incumbent Presiden FIFA Sepp Blatter, tentu saja saya sebagai Ketua Umum PSSI akan menggalang pemenangannya dimulai dari Indonesia dan kawasan ASEAN bahkan Asia.



Ketiga: Saya sebagai kader Golkar dan telah ditunjuk oleh Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Presiden Periode 2014-2019 se Sulawesi, akan mendapat dukungan penuh jajaran Partai Golkar karena saya dizalimi oleh Menpora yang berasal dari Partai Demokrat. Sebagai kader Golkar sejati secara total saya akan didukung Partai Golkar. Saya akan fight menekan SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat untuk mencopot Andi Mallarangeng sebagai Menpora kalau Partai Demokrat tak mau digembosi Partai Golkar di dalam peta konstelasi politik nasional. Kasus Bank Century, salah satunya, akan dilambungkan kembali oleh Partai Golkar untuk memporak-porandakan SBY dan Partai Demokrat.

Sisi Lain





Begitulah Nurdin Halid. Apapun jalan pikirannya, harus diakui bahwa kini Nurdin tak sekuat dulu lagi dalam mempertahankan kekuasaannya. Dulu Nurdin Halid, sebagai Ketua Umum PSSI selalu berhasil berlindung secara mutlak di bawah kekuasaan Dewa FIFA sampai-sampai Pemerintah RI pun tak bisa mengusiknya. Namun sekarang FIFA pun sudah mulai berpikir kritis dan tak mau begitu saja menerima setiap informasi dan laporan PSSI. FIFA sudah mulai menerapkan prinsip cover both sides khususnya untuk kasus Indonesia, dengan menerima pula informasi dari kubu yang bersebrangan dengan Nurdin Halid dan terlebih-lebih dari informasi masyarakat sepakbola Indonesia yang relatif murni dari kepentingan politik selain murni sepakbola. Begitu pula Presiden FIFA Sepp Blatter mulai bermain “politik” karena punya kepentingan untuk menjegal Nurdin Halid yang terang-terangan mendukung Mohammed Hammam sebagai pesaing Blatter dalam calon Presiden FIFA mendatang.




Nurdin Halid selalu mengabaikan suara suporter sepakbola, baik yang di jalanan maupun yang di dunia maya meskipun jumlahnya puluhan juta. Karena Nurdin yakin sepanjang suara pemilih PSSI untuk Kongres PSSI masih di bawah kangkangannya, ya aman-aman saja. Namun manakala infra struktur Nurdin Halid tercopoti semua terutama yang menyangkut distopnya dana APBN dan APBD untuk semua kegiatan sepakbola oleh Pemerintah RI, Nurdin bagai seorang lelaki tak berdaya lagi, nafsu besar tenaga kurang kata sebuah anekdot. Ditambah, Pemerintah juga menginstruksikan Kepolisian RI untuk tidak memberikan ijin kompetisi yang mungkin diselenggarakan oleh PSSI versi Nurdin Halid. Ini sangat strategis dalam menjegal kekuasaan Nurdin karena PSSI tanpa kegiatan kompetisi sama saja dengan bohong, ibarat macan kertas gitu.


Kehadiran Aburizal Bakrie pada kegiatan sosial Presiden SBY ketika minggu lalu meresmikan sebuah pusat kegiatan olahraga skala dunia dan terang-terangan menyindir PSSI yang terus kisruh, hendaknya dipandang sebagai “mulai beralihnya arah angin” sang “God Father” Ical terhadap Nurdin Halid. Ical sendiri yang nyaris 100% tengah merancang “Road Map to be the Next President of Republic of Indonesia” harus berhitung cermat. Sebagian besar para pemilih Pemilu 2014-2019 adalah anak muda. Mereka adalah yang sangat membenci Nurdin Halid sebagai “penjahat sepakbola” selain memandang tak pantas mantan dua kali narapidana memimpin sebuah organisasi perjuangan PSSI. Ical harus berpikir keras apakah taktis dengan tetap memilih Nurdin Halid sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Partai Golkar se Sulawesi? Ical harus berpikir dingin agar dia sendiri tak tersandung dengan ambisinya menjadi calon Presiden RI mendatang, terlebih kasus lumpur Lapindo pun belum hilang dalam ingatan rakyat Indonesia.








Dan yang paling ditakutkan oleh Nurdin Halid sendiri, sebenarnya adalah masalah yang berkaitan dengan perkara kriminal. Dua kali menjalani penjara, sekuat apapun mental seorang Nurdin Halid, tokh ia juga manusia yang memiliki rasa takut. Nurdin Halid sudah diincar KPK karena menerima dana cek pelawat sebesar Rp. 500 juta dari anggota DPR periode 2004-2009 asal Partai Golkar, Hamka Yamdhu yang juga mantan Bendahara Umum PSSI, yang kini mendekam di penjara. Nurdin juga tengah dihadang kasus menerima uang Rp. 100 juta dari Manajer kesebelasan Persisam Samarinda, yang telah divonis bersalah oleh hakim Pengadilan Negeri Samarinda.


www.cardiyanhis.blogspot.com
http://id.linkedin.com/pub/cardiyan-his/20/742/2a6

Jumat, 25 Maret 2011

Mengamati Persib Bandung Sekarang? Cape Deh!

Oleh Cardiyan HIS


Persib melumat Persiwa Wamena 5-2. Nikmatilah dulu kemenangan ini, karena kemenangan begitu indah. Apalagi semua gol yang dibikin kedua tim sangat indah bahkan berkelas dunia. Namun ujian Persib sebenarnya manakala menghadapi pemimpin klasemen sementara ISL, Persipura Jayapura, Minggu 27 Maret 2011. Persib membobol atau malah dibobol banyak gol oleh Persipura?






Menonton pertandingan-pertandingan Persib sungguh mengecewakan belakangan ini. Kesebelasan elite yang digadang-gadang bakal menjuarai kompetisi ISL (Indonesia Super League) 2010-2011 ini malah berkutat di papan bawah. Sungguh sangat memprihatinkan. Karena sebenarnya dari segi materi pemain, Persib adalah yang paling memiliki pemain-pemain berkelas dan berharga kontrak mahal.

Persib mengawali kompetisi diperkuat oleh sedikitnya 6 pemain nasional Indonesia (Markus Horison, Maman Abdurahman, Nova Arianto, Eka Ramdani, Hariono dan Christian Gonzales) ditambah 2 pemain nasional Singapura (Syahril Ishak/kapten timnas Singapura dan Baehaki Kaizan). Tak mengherankan bila Persib memiliki nilai jual tinggi didukung suporter terbanyak di Indonesia. Hal ini sedikit banyak meringankan manajemen Persib dalam menggalang dana sponsorship, sehingga Persib bersama Arema Malang merupakan dua tim yang telah berhasil membebaskan diri dari ketergantungan dana subsidi Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD).






Dari segi kualitas permainan, Persib selama ini dikenal sebagai tim yang lebih mengutamakan teknik ketimbang permainan keras. Ikon permainan Persib dengan bola-bola tik-tak merayap dari bawah yang diakhiri dengan gol yang mematikan lawan,sungguh sangat indah ditonton. Bahkan StarTV Hong Kong berniat membeli khusus liputan pertandingan yang melibatkan Persib Bandung. Jaman kejayaan Persib di tahun 1980an yakni era Ajat Sudrajat dengan teknik tinggi misalnya selalu disandingkan dengan lawan PSMS Medan yang bermain keras tetapi tekniknya biasa saja. Permainan teknik tinggi Persib ditaklukkan kekerasan permainan PSMS adalah kemenangan adu strategi pelatih dan adu mentalitas pemain. Persib menang teknik, tetapi PSMS menang mental. Maklum Persib sampai dua tahun berturut-turut kalah adu penalti lawan PSMS di final kompetisi PSSI 1983/1984 dan 1984/1985. Jadilah PSMS Medan juara dua tahun berturut-turut dan Persib hanya juara kedua dua tahun berturut-turut pula. Sebaliknya, kalau lawan Persib adalah tim yang lebih mengutamakan bermain teknik seperti Persija Jakarta, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, Arema Malang, maka Persib akan lebih banyak memenangi pertandingan.


Nah, setelah terseok-seok dari pertandingan ke pertandingan Persib di kompetisi ISL putara pertama musim ini, Persib melakukan belanja pemain baru yang cukup berhasil pada pemain-pemain Matsunaga Sohei, Miljan Radovic dan Abanda Herman. Dan keindahan permainan Persib terakhir lawan Persiwa Wamena kembali muncul. Bukan saja karena Persib memenangi pertandingan dengan skor telak 5-2. Tetapi semua gol yang terjadi oleh masing-masing tim sungguh indah, yang tidak terjadi setiap pertandingan kompetisi. Ketika kompetisi domestik yang lebih sarat dengan kerusuhan dan kekerasan pemain maupun suporter dan kualitas wasit yang diragukan serta kisruh kepengurusan PSSI Nurdin Halid, kali ini kita disuguhi permainan Persib dan Persiwa yang bermain terbuka yang sangat dinamis, enak ditonton.


Bagi penulis yang pernah menonton langsung pemain legendaris Pele dan Rivelino di stadion Senayan, Jakarta tahun 1970an, sungguh tak akan pernah melupakan bagaimana indahnya tendangan pisang keduanya. Dari kesebelasan Indonesia, kapten timnas Indonesia tahun 1980an, Ronny Pattinasarani sangat piawai dalam melakukan tendangan pisang untuk bola-bola mati yang sebagian besar menghasilkan gol. Dan tendangan pisang play maker Persib, Miljan Radovic dari sisi kiri lawan Persiwa sungguh sangat indah melengkung sampai akhirnya merobek pojok atas gawang Persiwa. Sang penjaga gawang Persiwa pun sampai bengong tak bereaksi. Begitu pula assist yang diberikan Radovic ke Hilton Moreira melengkung mengecoh cegatan penjaga gawang Persiwa, sehingga tendangan volley first time Hilton Moreira dengan mudah menembus jala lawan.


Pelatih kepala Persib, Daniel Rukito, yang sebenarnya memiliki asisten pelatih, Robby Darwis -----yang kariernya sebagai pemain belakang Persib dan tim nasional sangat cemerlang----- seharusnya lebih mampu membenahi kelemahan mencolok Persib di lini belakang. Pekerjaan rumah tim pelatih Persib ini sangat banyak, sebab gawang Persib telah kebobolan 33 gol berbanding mencetak 27 gol dari 18 pertandinga. Saya tak habis mengerti dua pemain belakang Persib sekaligus pemain nasional, Maman Abdutrahman (kapten) dan Nova Arianto begitu mudahnya ditembus pemain depan lawan. Koordinasi mereka di lini belakang sangat kacau balau. Komunikasi tidak jalan. Sering kali mereka hanya melihat bola yang sedang dipegang lawan tetapi tidak melihat pergerakan tanpa bola pemain lawan lainnya. Akibatnya gol-gol dengan sangat mudah terjadi ke gawang Persib, baik yang berasal dari umpan silang pemain sayap lawan maupun yang berasal dari serangan balik cepat lawan.


Maka menghadapi pertandingan melawan pemimpin klasemen sementara Persipura, Jayapura, merupakan ujian yang sebenarnya bagi Persib. Apakah Persib mampu menghambat laju Persipura ke tangga juara ISL dengan membobol gawangnya atau gawang Persib malah yang dibobol banyak gol oleh kepiawaian seorang Boaz Salossa, sang top scorer sementara ISL dengan 19 gol dari 17 pertandingan!

www.cardiyanhis.blogspot.com
http://id.linkedin.com/pub/cardiyan-his/20/742/2a6

Sabtu, 19 Maret 2011

Topi “Panama Americana”

Oleh Cardiyan HIS


Bukan Americana tapi Rajapolah. Menjadi pilihan tutup kepala para tokoh nasional dan internasional. BJ Habibie dan Santana pun dengan santai dan “pede” mengenakannya sangat pas pantas.



Anda pasti sudah mendengar tentang nama topi Panama. Hanya barangkali, belum dapat mengira-ngirakan dengan jelas rupa topi itu. Presiden RI ketiga BJ Habibie adalah salah seorang yang rajin menggunakan topi Panama sebagai penutup kepalanya di kala bepergian santai. Dan yang paling aktual adalah manakala pemusik jazz kelas dunia Santana tampil di Java Jazz Festival Februari 2011 lalu mengenakan topi Panama pada saat tampil di panggung.




Topi Panama selalu dihubungkan dengan nama Panama americana bukan karena topi ini didatangkan dari Amerika Latin tetapi memang nama Latin tanaman Panama adalah bernama Panama americana. Ternyata tanaman ini memang tumbuh subur di daerah Rajapolah (Tasikmalaya, Jawa Barat). Berkat tanaman ini Rajapolah merupakan daerah sentra industri kerajinan tangan terbesar dan terhalus di Indonesia mengalahkan Tangerang (Banten) dan Gombong (Jawa Tengah) sampai sekarang.



Dulu sebelum tahun 1901, pekerjaan anyam menganyam ini merupakan monopoli daerah Tangerang. Hanya saja di Tangerang ini topi anyaman dibuat dari pohon Pandan (Pandanus tectorius) dan Bambu Tali atau Bambu Apus (Gigantochloa apus). Tetapi sejak tahun 1901, atas jasa “perintis peranyaman” Kyai Haji Jasin almarhum, kiblat dunia anyam menganyam topi beralih ke Rajapolah.

Tentang bagaimana kejadiannya hingga Panama americana banyak ditanam orang di Rajapolah, penulis sendiri sebagai anak seorang pengusaha kerajinan tangan di Rajapolah, kurang begitu mengetahuinya dengan pasti. Tetapi agaknya, hal ini merupakan karunia Tuhan YME belaka kepada penduduk Rajapolah (Tasikmalaya), yang tidak boleh dilupakan begitu saja.

Cara Menanam Pohon Panama
Pohon Panama americana dapat tumbuh dengan baik di daerah yang ketinggiannya paling rendah 250 meter dari permukaan laut (Mean Sea Level). Sudah tentu daerahnya harus yang curah hujannya cukup tinggi. Penanamannya dilakukan dengan bibit-bibit yang terdiri dari anak-anak pohon Panama itu. Sebaiknya ditanam pada permulaan musim hujan, sehingga kemungkinan tumbuh lebih terjamin. Sebab yang diharapkan dari pohon-pohon Panama ialah pucuk daunnya yang lebar dan kuat.

Bibit-bibit Panama harus ditanam di dalam lobang galian sedalam 0.5 meter, dengan jarak masing-masing 1 meter satu sama lain. Tentu saja lobang-lobang galian ini harus dipersiapkan dua minggu sebelum penanaman. Untuk ini barangkali faktor pupuk sangat menentukan. Tidak usah pupuk kimia seperti urea, sendawa chili atau ZA. Penduduk Rajapolah hampir semuanya menggunakan pupuk kandang atau kompos.
Pucuk Panama

Untuk bahan topi, yang diambil dari pohon Panama ialah pucuknya. Setelah pohon Panama berumur setahun, pucuk pertama sudah boleh dipetik. Asal saja hama tidak merusak daun, panjang pucuk ini bisa mencapai 0.5 meter lebih. Hama pohon yang harus diperhatikan ialah Kupik Indol-indol (Mylabris pustulata) atau yang disebut oleh penduduk Rajapolah dengan nama Ulam. Begitu pula rumput liar bisa menghambat pertumbuhan bahkan mematikan pohon Panama. Di antaranya rumput Alang-alang (Imperata cylindrica) atau juga rumput Teki (Eleocharis dulcis).

Hati-hatilah dalam memetik pucuk karena bisa-bisa tercabut dengan pohonnya. Sebaiknya pergunakanlah pisau tajam. Perhatikan pula jangka waktu memetik pucuk. Setelah pemetikan pertama, pemetikan berikutnya hanya boleh dilakukan 3 bulan kemudian. Kalau Anda berdisiplin, sebuah pohon Panama dapat menghasilkan pucuk berturut-turut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun, tentu saja Anda harus mulai memikirkan peremajaan atau penanaman pohon baru.

Proses penanaman pohon Panama tidak serumit menanam pohon Pandan. Itulah sebabnya pucuk pohon Panama harganya lebih murah dibanding daun Pandan. Mungkin disebabkan soal harga inilah penanaman pohon Panama tidak terlalu diusahakan secara besar-besaran.

Pohon Panama ini ditanam secara “iseng” belaka. Sehingga para penanam “iseng” ini sudah merasa “untung” jika pucuk-pucuk pohon mereka terjual pada saat panenan. Itulah pula yang menjadi sebab, bahan baku topi Panama tidak menentu di pasaran Rajapolah. Hal ini menyebabkan harga topi Panama meloncat-loncat tak dapat dipegang dan kecenderungannya naik. Tak mengherankan permintaan pemakai terus mengalir ke pengusaha-pengusaha “artshop” yang menjadi tempat penampungannya.

Proses Pengolahan dan Pembuatan Topi Panama
Pucuk Panama yang baru dipetik dari pohonnya masih belum bisa dipakai sebelum diolah dulu. Proses pengolahannya sederhana saja. Mula-mula Anda sediakan sebuah wadah. Wadah apa saja dipakai asal kira-kira tepat untuk merebus pucuk. Misalnya blik bekas minyak goreng atau bekas kue pun jadilah.

Setelah blik diisi air dan dijerangkan di atas api, tunggulah supaya air mendidih dulu. Masukkan pucuk-pucuk Panama yang hendak direbus itu ke dalam air mendidih. Tak usah lama-lama, seperempat jam saja sudah cukup. Biasanya air rebusan akan memutih. Itulah tandanya rebusan pucuk sudah matang. Pucuk yang sudah direbus ini pun bersalin rupa menjadi helai-helai memanjang lurus. Kemudian barulah dikeringkan dengan menjemurnya di udara terbuka.

Proses selanjutnya ialah mengayar. Mengayar artinya menyobeki daun-daun pucuk ini menjadi helaian-helaian kecil. Dalam membuat ayaran Pandan, orang menggunakan suwakan (micro stome) agar ayarannya seragam ukurannya. Tetapi pada ayaran Panama, para pengrajin Rajapolah mengayar pakai kuku-kuku tangannya sebagai pengiris. Entah “alah bisa karena biasa” kata pepatah atau entah apa, irisan-irisan atau ayaran-ayaran yang dihasilkan pengrajin Rajapolah benar-benar mengagumkan. Oleh karena itu kuku-kuku ibu jari para pengayar yang juga merangkap penganyam, biasanya panjang-panjang.

Proses mengayar selesailah sudah. Kini tinggal lagi proses menganyam. Para penganyam memulai pekerjaannya dengan menganyam dulu bagian atas topi. Mulai di tengah-tengah bagian atas topi ini, penganyam membuat anyaman berbentuk bintang. Apabila bentuk bintang ini terus dilanjutkan, maka anyaman akan merupakan sebuah hamparan yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 cm kali 10 cm. Barulah sekarang penganyam meneruskan pekerjaannya ke badan topi. Menganyam bagian badan ini dikerjakan dengan pertolongan alat Sunglon yakni alat pembentuk badan topi dari kayu. Penganyaman di bagian ini dilakukan dengan menurutkan lekuk-lekuk pola Sunglon. Proses menganyam topi Panama lebih sulit sulit dari pada menganyam topi Pandan atau topi Bambu. Kesulitannya terletak pada pendeknya ayaran Panama ini, sehingga sambungan-sambungan di bagian topi harus disisipkan ke sebelah dalam. Begitulah pekerjaan menganyam topi Panama ini berlangsung hingga akhirnya rangka topi pun selesailah sudah. Sebuah topi Panama dapat memakan tujuh helai pucuk.

Topi Panama yang menghiasi etalase toko-toko eksklusif, sudah tentu lebih putih warnanya dari pada ketika topi ini masih berada dalam proses penganyaman. Topi Panama yang telah selesai dianyam, masih harus diputihkan lagi dengan obat-obat pemutih kimiawi tertentu. Proses pemutihan ini boleh dikatakan merupakan proses “finishing touch” dalam proses pembuatan topi Panama setengah jadi. Oleh karena itu disarankan, agar Anda jangan sekali-kali memakainya topi Panama pada waktu hujan. Air hujan dapat menimbulkan proses kimiawi yang akan menyebabkan topi berubah tidak bersih lagi. Kecuali..... tentu saja jika Anda banyak duit untuk membeli topi Panama yang baru!

Minggu, 13 Maret 2011

Menghidupkan Kembali Budaya Relaks pada Manusia (ITB) Indonesia

Oleh Cardiyan HIS


Lomba band antar angkatan alumni ITB dan pesta seni lainnya adalah contoh bagaimana merelakskan Manusia (ITB) Indonesia. Budaya relaks perlu dihidupkan kembali setelah kita bekerja keras, berpikir keras, berjuang dalam kesabaran untuk mayoritas rakyat Indonesia yang justru malah semakin terpuruk dan terpinggirkan di pasca Reformasi ini.


Anak ITB “maen ben” euy! Sungguh menghebohkan. Karena diformat dalam bentuk “Lomba Band antar Angkatan Alumni ITB”. Dan hebatnya para pemusik kelas nasional bahkan internasional seperti Purwacaraka (TI 1979), Doni Suhendra, Hari Sungkari (gitaris), Fuad Zakaria (drummer, GD 1973), penyanyi Agnes Sitompul (MA1979) ikut dalam lomba dan tentunya tampil sangat memukau. Sungguh saya sangat menyesal tak menyaksikan teman-teman alumni unjuk kemampuan, karena pada hari Jum’at, 11 Maret 2011 yang sama, saya sendiri harus dengar pendapat di depan para anggota DPRD Katingan, Kalimantan Tengah, tentang pembangunan proyek PLTU Mulut Tambang 62 MW.

Dan kehebohan berlanjut khas anak ITB yakni pasca penentuan pemenang. Yang difavoritkan juara Alumni ITB Angkatan 1983 (juara 2) tetapi yang akhirnya juara Alumni ITB Angkatan 1984. Karena ada banyak kritik tentang penilaian juri, sang Dewan Juri melalui Amrie Noor (AR 1977) cukup sewot juga atas insinuasi salah seorang alumnus wanita ITB yang band angkatannya kalah. Sabar-sabar.

Ide dasar dan atau esensi lomba band antar angkatan alumni ITB adalah lebih ditekankan kepada partisipasi untuk menjalin keakraban antar alumni ITB ketimbang suatu komba dalam arti sebenarnya. Bahwa Alumni ITB Angkatan 1984 yang menjuarai ya Alhamdulillah, anggap saja sebagai bonus (seperangkat alat band lengkap lho!). Atau dalam kata-kata Eko Tjahjo P., Direktur Eksekutif Ikatan Alumni ITB, pemenangnya adalah semua partisipan, baik itu kontestan, panitia maupun dewan juri. Bukan basa-basi. Karena di tengah kesibukan sehari-hari, mereka masih bisa menyempatkan untuk mempersiapkan diri ini semua. Sehingga penyelenggaraan lomba menjadi sukses.

Saya sangat senang, alumni ITB menikmati relaks di pasca Jum’atan. Mengapa? Karena mayoritas dari mereka selama ini terlalu larut dalam kesibukan bahkan dalam suasana di bawah tekanan. Mereka terus terjebak dalam suasana rutinitas yang sangat menjemukan. Bahkan manakala mereka menikmati suasana rekreasi pun masih berpikir tentang sesuatu yang lebih serius. “Saya memang sering diundang untuk main tenis, yang meskipun penting juga tetapi harapan saya tentu lebih dari sekedar main tenis, yang sifatnya lebih untuk tujuan rekreatif”, ungkap Sarwono Kusumaatmadja (Sipil ITB 1964), mantan Menteri di kabinet rejim Soeharto dan Gus Dur, kepada penulis beberapa waktu silam. Sementara Rachmat Witoelar (Arsitektur ITB, 1964), mantan Menteri KLH di Kabinet Indonesia Bersatu I, menganggap undangan-undangan yang sifatnya rekreatif memang perlu. “Justru untuk merelakskan ketegangan alumni ITB dari kesibukan sehari-hari yang sering kali berada di bawah tekanan”.

Istilah Budaya Relaks pertama kali dipopulerkan oleh DR. Soedjoko, dari Seni Rupa ITB pada tahun 1974 adalah suatu budaya positif yakni relaks setelah melakukan kerja keras dan kerja otak sepanjang hari. Soedjoko menarik garis pengamatannya kepada budaya kerja keras pada manusia di negara-negara maju yang mengakhirinya di ruang-ruang relaks yang berkesenian dan panggung dinamis sportifitas olahraga. Intinya adalah adanya keseimbangan jiwa, adanya keseimbangan penggunaan otak kiri dan otak kanan, yang ujung-ujungnya akan menghasilkan produktifitas tinggi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah relaks nonton anak ITB “maen baen” dan sebagian pentonton dapat pula kaos “anak ben ITB 1976” sejak sore Jum’at; setelah relaks bersama keluarga di hari Sabtu dan Minggu yang panjang. Maka di hari Senin, kita mulai kerja kembali. “I like Monday”.

www.cardiyanhis.blogspot.com
http://id.linkedin.com/pub/cardiyan-his/20/742/2a6