Oleh Cardiyan HIS
Persib melumat Persiwa Wamena 5-2. Nikmatilah dulu kemenangan ini, karena kemenangan begitu indah. Apalagi semua gol yang dibikin kedua tim sangat indah bahkan berkelas dunia. Namun ujian Persib sebenarnya manakala menghadapi pemimpin klasemen sementara ISL, Persipura Jayapura, Minggu 27 Maret 2011. Persib membobol atau malah dibobol banyak gol oleh Persipura?
Menonton pertandingan-pertandingan Persib sungguh mengecewakan belakangan ini. Kesebelasan elite yang digadang-gadang bakal menjuarai kompetisi ISL (Indonesia Super League) 2010-2011 ini malah berkutat di papan bawah. Sungguh sangat memprihatinkan. Karena sebenarnya dari segi materi pemain, Persib adalah yang paling memiliki pemain-pemain berkelas dan berharga kontrak mahal.
Persib mengawali kompetisi diperkuat oleh sedikitnya 6 pemain nasional Indonesia (Markus Horison, Maman Abdurahman, Nova Arianto, Eka Ramdani, Hariono dan Christian Gonzales) ditambah 2 pemain nasional Singapura (Syahril Ishak/kapten timnas Singapura dan Baehaki Kaizan). Tak mengherankan bila Persib memiliki nilai jual tinggi didukung suporter terbanyak di Indonesia. Hal ini sedikit banyak meringankan manajemen Persib dalam menggalang dana sponsorship, sehingga Persib bersama Arema Malang merupakan dua tim yang telah berhasil membebaskan diri dari ketergantungan dana subsidi Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Dari segi kualitas permainan, Persib selama ini dikenal sebagai tim yang lebih mengutamakan teknik ketimbang permainan keras. Ikon permainan Persib dengan bola-bola tik-tak merayap dari bawah yang diakhiri dengan gol yang mematikan lawan,sungguh sangat indah ditonton. Bahkan StarTV Hong Kong berniat membeli khusus liputan pertandingan yang melibatkan Persib Bandung. Jaman kejayaan Persib di tahun 1980an yakni era Ajat Sudrajat dengan teknik tinggi misalnya selalu disandingkan dengan lawan PSMS Medan yang bermain keras tetapi tekniknya biasa saja. Permainan teknik tinggi Persib ditaklukkan kekerasan permainan PSMS adalah kemenangan adu strategi pelatih dan adu mentalitas pemain. Persib menang teknik, tetapi PSMS menang mental. Maklum Persib sampai dua tahun berturut-turut kalah adu penalti lawan PSMS di final kompetisi PSSI 1983/1984 dan 1984/1985. Jadilah PSMS Medan juara dua tahun berturut-turut dan Persib hanya juara kedua dua tahun berturut-turut pula. Sebaliknya, kalau lawan Persib adalah tim yang lebih mengutamakan bermain teknik seperti Persija Jakarta, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, Arema Malang, maka Persib akan lebih banyak memenangi pertandingan.
Nah, setelah terseok-seok dari pertandingan ke pertandingan Persib di kompetisi ISL putara pertama musim ini, Persib melakukan belanja pemain baru yang cukup berhasil pada pemain-pemain Matsunaga Sohei, Miljan Radovic dan Abanda Herman. Dan keindahan permainan Persib terakhir lawan Persiwa Wamena kembali muncul. Bukan saja karena Persib memenangi pertandingan dengan skor telak 5-2. Tetapi semua gol yang terjadi oleh masing-masing tim sungguh indah, yang tidak terjadi setiap pertandingan kompetisi. Ketika kompetisi domestik yang lebih sarat dengan kerusuhan dan kekerasan pemain maupun suporter dan kualitas wasit yang diragukan serta kisruh kepengurusan PSSI Nurdin Halid, kali ini kita disuguhi permainan Persib dan Persiwa yang bermain terbuka yang sangat dinamis, enak ditonton.
Bagi penulis yang pernah menonton langsung pemain legendaris Pele dan Rivelino di stadion Senayan, Jakarta tahun 1970an, sungguh tak akan pernah melupakan bagaimana indahnya tendangan pisang keduanya. Dari kesebelasan Indonesia, kapten timnas Indonesia tahun 1980an, Ronny Pattinasarani sangat piawai dalam melakukan tendangan pisang untuk bola-bola mati yang sebagian besar menghasilkan gol. Dan tendangan pisang play maker Persib, Miljan Radovic dari sisi kiri lawan Persiwa sungguh sangat indah melengkung sampai akhirnya merobek pojok atas gawang Persiwa. Sang penjaga gawang Persiwa pun sampai bengong tak bereaksi. Begitu pula assist yang diberikan Radovic ke Hilton Moreira melengkung mengecoh cegatan penjaga gawang Persiwa, sehingga tendangan volley first time Hilton Moreira dengan mudah menembus jala lawan.
Pelatih kepala Persib, Daniel Rukito, yang sebenarnya memiliki asisten pelatih, Robby Darwis -----yang kariernya sebagai pemain belakang Persib dan tim nasional sangat cemerlang----- seharusnya lebih mampu membenahi kelemahan mencolok Persib di lini belakang. Pekerjaan rumah tim pelatih Persib ini sangat banyak, sebab gawang Persib telah kebobolan 33 gol berbanding mencetak 27 gol dari 18 pertandinga. Saya tak habis mengerti dua pemain belakang Persib sekaligus pemain nasional, Maman Abdutrahman (kapten) dan Nova Arianto begitu mudahnya ditembus pemain depan lawan. Koordinasi mereka di lini belakang sangat kacau balau. Komunikasi tidak jalan. Sering kali mereka hanya melihat bola yang sedang dipegang lawan tetapi tidak melihat pergerakan tanpa bola pemain lawan lainnya. Akibatnya gol-gol dengan sangat mudah terjadi ke gawang Persib, baik yang berasal dari umpan silang pemain sayap lawan maupun yang berasal dari serangan balik cepat lawan.
Maka menghadapi pertandingan melawan pemimpin klasemen sementara Persipura, Jayapura, merupakan ujian yang sebenarnya bagi Persib. Apakah Persib mampu menghambat laju Persipura ke tangga juara ISL dengan membobol gawangnya atau gawang Persib malah yang dibobol banyak gol oleh kepiawaian seorang Boaz Salossa, sang top scorer sementara ISL dengan 19 gol dari 17 pertandingan!
www.cardiyanhis.blogspot.com
http://id.linkedin.com/pub/cardiyan-his/20/742/2a6
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
benar-benar analisis jitu Pak Cardiyan, lini belakang tetap menjadi kelemahan...
BalasHapus