Minggu, 20 Februari 2011

Menggulingkan Nurdin Halid? Serahkan kepada Ical

Oleh Cardiyan HIS

Nurdin Halid adalah sosok fenomenal bagaimana seorang anak manusia harus survive. Mana mau dia disuruh turun. Sedangkan semasa di dalam bui saja dia bisa mengendalikan PSSI. Ketua Umum PSSI, bagi Nurdin Halid adalah segalanya. Jabatan kebanggaan yang sangat prestisius apalagi setelah dirinya dua kali menjadi terpidana dan beberapa kasus lagi masih menghadang di depan. Lalu?


Bagaimana menggusur Nurdin Halid? Menurut penulis, ya serahkan saja ke Aburizal Bakrie (Ical), Ketua Umum Golkar. Lho ke Ical? Tentu saja, karena “keberhasilan” timnas masuk final Piala AFF ybl diklaim Nurdin Halid adalah karena kemampuan dirinya memimpin PSSI. Dan kemudian ada embel-embelnya, kata Nurdin Halid lagi, karena dukungan Partai Golkar! Nurdin memang jagoan memanipulasi fakta. Ketika lawannya menekan dengan jalur politik, Nurdin berkilah jangan mempolitisi sepakbola. Dan sebaliknya manakala Nurdin mengklaim keberhasilan PSSI digadang-gadang berkat dukungan Partai Golkar.

Nurdin Halid sendiri memang kader Golkar “terpercaya” dan sudah menjadi rahasia umum menjadi “ATM Berjalan” sejak jaman rejim Soeharto. Dan dalam rangka pemenangan Pemilu Presiden 2014, Nurdin Halid telah ditunjuk Ical sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Golkar se Sulawesi. Bukan main!

PSSI yang bulan Maret 2011 nanti akan mengadakan Kongres antara lain agendanya “meresmikan” Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI yang ketiga kali berturut-turut; telah memakan korban-korbannya. Arifin Panigoro (teman sekampus Ical di ITB, bahkan sama-sama dari jurusan Teknik Elektro ITB), yang memiliki PS Bandung Raya dan menjadi pembina dan sponsor tetap kompetisi PSSI U-15 adalah salah satu korban “kepiawaian” Nurdin Halid berorganisasi di PSSI (dan Golkar). George Toisutta, jenderal bintang 4 yang sekaligus KASAD yang nota bene puluhan tahun membina Persatuan Sepakbola Angkatan Darat (anggota PSSI) juga tak lolos verifikasi Panitia Pemilihan PSSI yang nota bene kroni-kroni Nurdin Halid.

Dua tokoh kuat secara figur dan keuangan telah dilindas kehebringan Nurdin Halid. Gebrakan Arifin Panigoro melalui Liga Primer Indonesia (LPI) secara konsepsional dan komersial adalah bagus. Tetapi itu saja tidak cukup karena “negara adidaya” bernama FIFA lebih mendukung “perpanjangan tangannya” di Indonesia yakni kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) di bawah Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid. Hebatnya FIFA pun tutup mata dengan Statuta FIFA yang dimanipulasi oleh Nurdin Halid dan membolehkan “Nurdin good boy Halid” terpidana dua kali dan beberapa kasus pidana bakal menghadang di depannya; lolos verifikasi untuk menjadi calon Ketua Umum PSSI 2011-2015. Sebuah pelecehan akal sehat tetapi suatu fakta ini kehebatan kekuasaan Nurdin Halid.

Gerakan gusur Nurdin Halid melalui jaringan Facebook dan Twitter yang telah mencapai jutaan tetap tak mampu menurunkan nyali Nurdin Halid untuk mundur. Begitu pula ribuan demonstrasi para maniak sepakbola di seluruh Indonesia nyata-nyata tidak efektif. Bahkan yang efektif adalah slogan Nurdin Halid sendiri; “Saya sangat mencintai demokrasi. Sederhana saja. Saya hanya bisa diturunkan oleh anggota PSSI melalui Kongres PSSI”. Hebatnya, anggota-anggota PSSI sudah “disuap” macam-macam mulai amplop, entertaintments, studi banding ke klub-klub Real Madrid dan Manchester United dan entah apalagi.

Jadi untuk menggusur Nurdin Halid, menurut penulis hanya dua cara saja yang akan sangat efektif:

Pertama; serahkan kepada Ical, bosnya Nurdin Halid di Partai Golkar. Kalau Partai Golkar ingin memenangi Pemilu 2014 sekaligus mencalonkan Ical jadi Presiden RI 2014, jangan pelihara kader yang bermasalah seperti Nurdin Halid. Penggemar sepakbola itu mayoritas pemilih muda yang nota bene menjadi sasaran utama garapan Partai Golkar. Mana mau anak muda Indonesia memilih Partai Golar kalau juru kampanyenya orang-orang bermasalah seperti Nurdin Halid atau bahkan Ical sendiri yang masih bermasalah karena masih belum juga melunasi kewajiban kepada korban lumpur Lapindo. Dari sekarang Ical sebaiknya meminta Nurdin Halid mundur dari pencalonan Ketua Umum PSSI 2011-2015 demi misi yang lebih besar bagi Partai Golkar memenangi Pemilu 2014dan Pilpres 2014.

Kedua; sebenarnya lebih gampang lagi yakni pakai jalur hukum baik melalui KPK maupun Polisi dan Jaksa. Mengapa? Karena Nurdin Halid hanya takut dengan urusan hukum pidana. Sedikitnya ada 2 (dua) bukti pidana yang melilit dirinya. Yakni bukti aliran dana dari penetapan Pengadilan di Samarinda bahwa Nurdin Halid dan Andi Darussalam menerima aliran dana korupsi APBD dari terdakwa mantan manajer Persisam masing-masing Rp. 100 juta dan Rp. 80 juta. Kemudian bukti pengakuan Hamka Yamdhu, mantan anggota DPR 2004-2009 dari Partai Golkar yang juga mantan Bendahara PSSI pada Pengadilan Tipikor, bahwa Nurdin Halid menerima dana Rp. 500 juta berupa suap cek pelawat pemenangan Miranda Goeltom, sebagai Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia.

Masalahnya Nurdin Halid pun tak bakalan tinggal diam. Otak Nurdin barangkali sudah berpikir melampaui jamannya. Apalagi KPK, Polisi dan Jaksa sering berolahraga “jalan di tempat” dari pada bergerak jalan aktif mencokok para koruptor kelas kakap.

4 komentar:

  1. nurdin BUSUK! harus di bantai sampai ke akar2nya!!

    BalasHapus
  2. Mungkinkah ada kekuatan lain yang punya kepentingan besar dibalik ngototnya Nurdin? Jangan2 Nurdin dikorbankan oleh sekelompok musang berbulu domba (mungkin a.l para mafia judi bola)

    BalasHapus
  3. Sy curiga Nirwan Bakri cs. ikut berperan dalam manuver2 busuk ini.

    BalasHapus
  4. he..he... ajal juga berperan disini...

    BalasHapus