Oleh Cardiyan HIS
Sri Mulyani dilamar World Bank. SM menerima lamaran World Bank itu dan siap masuk kerja per tanggal 1 Juni 2010. Apakah sesederhana itu prosesnya seperti seorang “head hunter” merekrut seorang eksekutif berprestasi untuk bergabung dengan kliennya; sebuah perusahaan raksasa. Sementara SM yang sadar hukum tentu sangat faham bahwa ia sewaktu-waktu masih harus bolak-balik diperiksa KPK, yang tak mungkin dilakukan bila ia sudah berkantor di World Bank, at New York, USA.
Jabatan Menteri Keuangan RI di dua periode kabinet SBY, sebenarnya merupakan perjalanan panjang obsesi SM setelah terakhir menempuh kariernya sebagai Managing Director IMF. Saya menengarai alasan SM menerima lamaran World Bank sebenarnya adalah puncak dari kekecewaan SM terhadap SBY yang tidak total dalam membela dirinya pada kasus Bank Century. Bahwa SBY selalu membela SM dan B dalam kasus Century dalam beberapa kesempatan adalah sangat situasional substansi dan sifatnya dan bukan merupakan sikap konsisten seorang pemimpin layaknya dalam membela anak buah. Manakala sang anak buah sudah tak bisa diselamatkan lagi, SBY berubah haluan hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri yang nota bene sebagai pemegang kebijakan puncak.
SM sangat letih dan memancarkan aura kekecewaan yang mendalam setelah penyelidikan kedua oleh KPK (4 Mei 2010). Inilah sebenarnya awal dari SM ngambek kepada SBY dengan jurus mundur karena alasan menerima lamaran menjadi Managing Director World Bank (5 Mei 2010). Secara politis SM telah dijatuhkan vonis oleh DPR. Dan sekarang ada indikasi sangat kuat KPK agaknya telah mampu membuktikan kesalahan SM yang fatal, antara lain yang utama adalah lalai begitu saja menerima input data dari B, Gubernur BI ketika itu. Sehingga kelalaian SM itu telah mengakibatkan terjadinya kebijakan yang menguntungkan pihak lain dan merugikan negara.
SM sebagai orang Jawa telah memberikan sinyal simbolik dengan ambekannya. Sebagai pribadi yang pinter, jujur dan tak memperkaya diri, berasal dari kedua orang tua berpendidikan sangat baik (keduanya adalah profesor doktor ternama) dan semua saudaranya berpendidikan tinggi 5 (lima) di antaranya lulusan ITB; sangat disayangkan SM tersandung karena kelalaian membuat kebijakan fatal tadi. Apa latar belakang orang sekelas SM tersandung, bisa saja karena ada latar belakang kepentingan politik di dalamnya. Sebuah poster demonstrasi minggu lalu bergambar SM dicloseup oleh media elektronik berbunyi “Menyesal Membela Partai Demokrat”, terlalu sayang dilewatkan begitu saja untuk sebuah analisis lebih mendalam.
Seperti tulisan-tulisan saya sebelumnya berjudul “Apa Kabar Jargon Katakan Tidak pada Korupsi. Lanjutkan?” (mailist IA-ITB, 6 September 2009) dan “Percumalah Program 100 Hari SBY Kalau KPK Diloyokan” (mailist IA-ITB, 31 Oktober 2009) yang dikutip banyak website dan grup mailist (silakan Google Search); runtutan kisruh di republik tercinta ini sebenarnya bermuara kepada adanya indikasi kuat terjadinya ketidak-jujuran para pelaku politik pada Pemilu 2009. Bahwa Kabareskrim Polri SD ketika itu “tak serius” memproses banyak kasus pelanggaran Pemilu karena dalih lemahnya data menjadi tanda tanya besar. Dan bahwa akhirnya KPU secara formal telah menetapkan rekapitulasi resmi hasil Pemilu, dengan menutup terutama banyak kasus pengkloningan data pemilih, tidak otomatis berhasil menutupnya. Ini terbukti mencuatnya kasus Bank Century beberapa bulan kemudian, yang dicurigai menjadi amunisi bagi pemenangan partai tertentu.
Apakah SM punya kartu truf terakhir, begitu pula SD pada kasus Bank Century dalam keterkaitan dengan pemenangan Pemilu oleh partai tertentu? Inilah yang ditunggu perkembangannya. Karena kalau kedua “whistle blower” ini bernyanyi, bola panas liar ini justru akan mengarah ke Presiden SBY, bukan hanya kepada Wakil Presiden B. Sebab para anggota DPR dan banyak LSM telah mengajukan Judicial Review kepada Mahkamah Konstitusi (MK) tentang qorum DPR untuk Hak Menyatakan Pendapat agar cukup 50% plus 1 dan bukan 75% dari anggota DPR.
Apakah SBY dan B akan dimakzulkan pasca ngambeknya SM dan bernyanyinya SD? Hanya waktu yang akan membuktikan. Kita sebagai rakyat hanyalah berkeinginan agar kebenaran ditegakkan. Kejahatan betapapun dikemas dengan begitu rapih, Tuhan YME telah menguatkan kejahatan itu untuk sementara saja dan pada akhirnya pasti akan mengazab mereka dengan penegakan hukum keadilan, yang tak terkirakan hina bagi para pelakunya. Insya Allah, Indonesia akan kembali menjadi Bangsa yang besar karena kita punya tradisi sebagai Bangsa Pejuang; pejuang untuk menegakkan kebenaran dan kemerdekaan yang hakiki bagi keadilan Rakyat Indonesia.
www.cardiyanhis.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar